PENDAHULUAN
Perusahaan selalu berusaha untuk memperbaiki
manajemennya, memperbaiki kualitas produknya,mengeksploitasi pangsa pasar baru,
memasuki bidang-bidang usaha baru, dan mengembangkan usaha-usaha baru untuk berinovasi.
Sementara itu, investor dan kreditor berusaha mengetahui kesesuaian operasional
suatu perusahaan dengan tujuan dan rencana yang telah ditetapkan dengan cara
melihat kinerja dari perusahaan tersebut. Secara umum kinerja adalah kemampuan
kerja yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Kinerja merupakan hal penting yang
harus dicapai oleh setiap perusahaan, karena merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya. Intensitas kompetisi
pasar merupakan salah satu faktor ketidakpastian lingkungan (Gul, 1991; dalam Susanto
dan Gudono, 2007). Semakin intensif kompetisi pasar, organisasi akan semakin
meningkatkan differensiasi produk, mengalami penurunan siklus hidup produk,
memperkenalkan saluran baru, menghadapi peningkatan sensitivitas pasar, serta
meningkatkan target produk (Rolfe, 1992; dalam Susanto dan Gudono, 2007). Dalam
menghadapi ancaman dan tantangan, perusahaan akan beradaptasi dengan mengadopsi
strategi diferensiasi produk, jasa dan harga (Lynn, 1994; dalam Faisal, 2006).
Metode Yang Digunakan
Alasan menggunakan variabel intensitas kompetisi pasar adalah pertama, kompetisi
pasar telah menciptakan pergolakan, tekanan, risiko dan ketidakpastian
perusahaan. Kedua, puncak tuntutan perusahaan yaitu menjawab segala ancaman dan
kesempatan dalam lingkungan berkompetisi dengan mendesain serta menggunakan
sistem pengendalian yang tepat untuk mencapai tujuan. Salah satu alat yang
digunakan manajemen untuk membantu menghadapi persaingan bisnis adalah SAM yang
merupakan fasilitas fungsi pendukung yang menghasilkan informasi yang relevan
dan tepat waktu untuk perencanaan, pengendalian, pembuatan keputusan dan
evaluasi kinerja (Gordon dan Miller, 1976; dalam Susanto dan Gudono, 2007). Informasi
ini memungkinkan managemen untuk mengimplementasikan strategi dan melakukan
aktivitas operasional yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan (Susanto dan Gudono, 2007). Informasi SAM membantu perusahaan untuk
menghadapi tantangan pasar kompetitif yang berfokus pada peningkatan nilai
tambah perusahaan agar melebihi kompetitornya (Bromwich, 1990; dalam Susanto
dan Gudono, 2007). Kesesuaian antara informasi SAM dengan kebutuhan pembuat
keputusan akan meningkatkan kualitas keputusan yang akan diambil dan
pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja unit bisnis. Mia dan Clarke (1999) dalam
Susanto dan Gudono (2007) menyatakan bahwa penggunaan informasi SAM dapat
membantu perusahaan untuk mengimplementasikan rencana - rencana mereka dalam
merespon lingkungan bersaingnya. Perusahaan yang menggunakan informasi SAM yang
sesuai dengan lingkungan persaingan akan memiliki kinerja dan kepuasan kerja
yang lebih baik dari pada mereka yang tidak menggunakan informasi SAM yang
sesuai dengan lingkungan persaingan. Pembaca dapat memperdalam teori
kontinjensi pada penelitian desain SAM, khususnya penggunaan variabel
kontekstual (seperti intensitas kompetisi pasar) yang mempengaruhi hubungan
antara penggunaan informasi SAM dan kinerja unit bisnis. Hal ini memberikan
kontribusi kepada perancang organisasi agar mempertimbangkan kondisi
ketidakpastian (seperti intensitas kompetisi pasar) untuk mendesain dan mengimplementasikan
suatu sistem akuntansi manajemen yang menyediakan informasi dalam rangka
mempermudah pengambilan keputusan dan mengevaluasi aktivitas manajerial yang
pada akhirnya akan meningkatkan kinerja manajerial dan kinerja unit bisnis
(Susanto dan Gudono, 2007). Manajer menggunakan benchmarking sistem
informasi yang tersedia pada perusahaan. Sehingga menunjukkan bahwa intensitas
kompetisi pasar yang merupakan factor eksternal perusahaan dapat mempengaruhi
hubungan antara penggunaan informasi SAM dan kinerja unit bisnis. Berdasarkan
uraian di atas, maka pokok bahasan makalah ini adalah Peranan penggunaan
informasi akuntansi pada kinerja unit bisnis dalam berbagai tingkatan kompetisi
pasar. Tujuan makalah ini untuk mengetahui peranan penggunaan informasi
akuntansi pada kinerja unit bisnis dalam berbagai tingkatan kompetisi pasar.
PEMBAHASAN dan HASIL
Sistem
Akuntansi Manajemen
Akuntansi
manajemen merupakan sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan
penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu
organisasi dan untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan
bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan
fungsi kontrol. Tujuan akuntansi manajemen adalah sebagai berikut (Erlina,
2005):
a.
Tujuan primer adalah membantu manajemen dalam pembuatan keputusan manajemen.
b.
Tujuan sekunder adalah sebagai berikut:
1)
Membantu manajeman dalam melaksanakan fungsi perencanaan yang meliputi
pengidentifikasian tujuan dan
sasaran
yang akan dicapai serta perencanaan pengalokasian sumber-sumber organisasi
secara optimal.
2)
Membantu manajeman dalam menjawab masalah organisasi yang meliputi:
menghubungkan struktur organisasi
atau
perusahaan dengan tujuan yang akan dicapai, membangun dan memelihara sistem
komunikasi dan pelaporan yang efektif, dan mengukur penggunaan sumber-sumber,
menemukan prestasi dan penyimpangan dan mengidentifikasi penyebabnya.
c.
Membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian manajemen.
d.
Membantu manajemen dalam melaksanakan sistem kegiatan manajemen, yang meliputi:
pengukuran masukan (biaya) dan keluaran (pendapatan) yang relevan untuk tiap
pusat pertanggungjawaban, pengkomunikasian data yang tepat dan karakteristik
ekonomi yang penting untuk para pejabat kunci dalam waktu yang tepat.
Manajemen merupakan penentu utama arah
keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan. Manajemen adalah pihak yang
mengelola dan menjalankan perusahaan, karena wewenang yang diberikan untuk
mengelola sumber daya yang diinvestasikan ke dalam perusahaan oleh pemilik.
Berhasil atau tidaknya suatu organisasi untuk berkembang tergantung dari
seorang manajer. Informasi mempunyai nilai yang potensial karena informasi
memberikan kontribusi secara langsung dalam menentukan alternatif tindakan yang
bisa dijadikan pertimbangan dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan. Informasi yang diperlukan oleh manajer untuk proses perencanaan dan pengendalian
dihasilkan dari suatu sistem yang disebut dengan sistem akuntansi manajemen. Susanto
dan Gudono (2007) mengungkapkan SAM merupakan sistem informasi yang
mengumpulkan data keuangan dan non keuangan yang kemudian data tersebut
diproses, disimpan dan dilaporkan kepada manajer untuk dasar pengambilan
keputusan. SAM juga merupakan bagian integral dari suatu organisasi yang
berkaitan dengan struktur dan proses organisasi untuk menghasilkan pengendalian
organisasi termasuk pengendalian manajer. SAM dan sistem pengendalian yang baik
bagi organisasi dipengaruhi oleh intensits kompetisi pasar. Perbedaan tipe
kompetisi (harga, saluran pemasaran dan produk) mempunyai pengaruh yang berbeda
terhadap penggunaan informasi SAM dan sistem pengendalian organisasi. Manajer
menggunakan informasi SAM untuk pengambilan keputusan tentang product pricing,
forecasting permintaan pasar, market planning, pembelian bahan baku, product
planning dan peningkatan infrastruktur organisasi (Mia dan Clarke, 1999; dalam
Susanto dan Gudono, 2007).
Salah
satu fungsi SAM adalah sebagai sumber informasi penting untuk membantu manajer
mengendalikan aktivitasnya serta mengurangi ketidakpastian lingkungan guna
mencapai tujuan suatu organisasi tertentu dengan sukses. Sementara itu,
Chenhall (2003) dalam Susanto dan Gudono (2007) menyatakan bahwa SAM sebagai
suatu system formal yang didesain untuk menyediakan informasi dalam rangka
mempermudah pengambilan keputusan dan mengevaluasi aktivitas manajerial.
Keberhasilan SAM dapat dievaluasi berdasarkan keberhasilannya sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Produk yang dihasilkan oleh SAM adalah informasi
akuntansi manajemen, di mana informasi ini memiliki peranan dalam memprediksi
konsekuensi yang mungkin terjadi atas berbagai alternatif tindakan yang dapat
dilakukan pada berbagai aktivitas seperti perencanaan, pengawasan dan
pengambilan keputusan. Berdasarkan persepsi manajer informasi yang ruang
lingkupnya luas, tepat waktu, agregat, dan terintegrasi ini merupakan
karakteristik informasi yang sangat bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan
akan menjadi efektif bila sesuai dengan tingkat kebutuhan pengguna informasi.
Hal ini sejalan dengan pendekatan kontingensi yang menekankan bahwa tidak ada
sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan
pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan.
Menurut
Mulyadi (2001:2) SAM dapat dipandang dari dua sudut yaitu: akuntansi manajemen
sebagai salah satu tipe akuntansi dan tipe informasi. Sebagai salah satu tipe
akuntansi, akuntansi manajemen merupakan suatu system pengolahan informasi
keuangan yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan bagi kepentingan
pemakai intern organisasi. Sementara itu, sebagai salah satu tipe informasi,
akuntansi manajemen merupakan tipe informasi kuantitatif yang menggunakan uang
sebagai satuan ukuran, yang digunakan untuk membantu manajemen dalam mengelola
perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2006:4), sistem informasi akuntansi
manajemen tidak terikat oleh suatu kriteria formal yang menjelaskan sifat dari
masukan, proses dan keluarannya. Kriteria tersebut fleksibel dan berdasarkan
pada tujuan yang hendak dicapai manajemen. Tujuan umum SAM adalah sebagai
berikut:
a.
Menyediakan informasi yang diperlukan dalam
penghitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan
manajemen.
b.
Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam
perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
c.
Menyediakan informasi untuk pengambilan
keputusan.
Informasi
akuntansi manajemen dapat membantu mengidentifikasi suatu masalah,
menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja. Informasi akuntansi manajemen
dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan. Penggunaan informasi SAM menurut Mia
dan Clarke (1999) dalam Faisal (2006), merepresentasikan seberapa sering
manajer menggunakan informasi SAM dalam
pembuatan
keputusan. Penggunaan ini dibagi dalam dua item. Item pertama menyangkut
penggunaan informasi benchmarking yaitu informasi yang membandingkan
kondisi internal unit bisnis dengan kondisi pesaing dalam industry yang sama,
seperti informasi perbandingan pencapaian target penjualan, volume produksi,
biaya produksi, delivery time, delivery costs, pendapatan, pangsa
pasar, pelayanan customer, dan laba. Item kedua menyangkut penggunaan informasi
monitoring, yaitu informasi yang membandingkan kondisi internal
perusahaan terkini dengan kondisi perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya,
seperti seberapa sering perusahaan menggunakan informasi tren (fluktuasi) untuk
menilai kinerja mereka. Penggunaan informasi benchmarking dan monitoring
yang disediakan SAM dapat membantu manajer untuk memperbaiki kinerja
organisasi dengan dua cara: Pertama, memberikan informasi tentang posisi
perusahaan dalam lingkungan persaingan. Informasi positioning merupakan
hal yang krusial, mengingat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan (sustain)
produknya tergantung kepada informasi tersebut. Pencapaian keunggulan harga
atas pesaing merupakan dasar untuk menentukan posisi perusahaan dalam
persaingan (Bromwich dan Bhimani, 1994; dalam Faisal dan Prabowo, 2006). Benchmarking
adalah alat bantu untuk memperbaiki kualitas dengan aliansi antar partner
untuk berbagi informasi dalam proses dan pengukuran yang akan menstimulasi
praktek inovatif dan memperbaiki kinerja (Sulisworo, 2009). Untuk dapat
meningkatkan kinerjanya, korporasi perlu secara terus menerus mencari ide baru
melalui metode, praktek, proses dengan mengadopsi fitur-fitur terbaik korporasi
lain untuk menjadi best of the best (Sulisworo, 2009).
Beberapa
manfaat benchmark adalah sebagai berikut (Sulisworo, 2009):
a.
Memperbaiki proses kritis yang ada
dalam bisnis,
b.
Memantapkan tujuan yang berorientasi
pada pelanggan,
c.
Menumbuhkan antusias staf dengan
melihat yang terbaik,
d.
Mengidentifikasi peluang baru yang
terkadang muncul setelah membandingkan,
e.
Menjadi lebih berdaya saing, dan
f.
Memperpendek siklus perbaikan proses
bisnis dengan percepatan pembelajaran.
Untuk
dapat melakukan benchmarking yang berhasil, manajemen hendaknya memahami
terlebih dahulu prosesproses
yang
dimiliki. Beberapa hal yang penting diperhatikan adalah sebagai berikut
(Sulisworo, 2009):
a.
Manajemen melakukan pemetaan proses
untuk mendefinisikan proses yang ada,
b.
Mengidentifikasi harapan pelanggan terhadap
proses yang dimiliki dengan cara mereviu pengukuran kinerja proses yang ada
dibandingkan dengan harapan pelanggan,
c.
Mendefinisikan kinerja proses,
d.
Menggunakan teknik analisis tertentu untuk
memahami sebab-sebab inefisiensi dalam proses (beberapa teknik seperti cause-effect
diagram, Pareto diagram, dan control charts), dan
e.
Mengidentifikasi target benchmark berbasis
analisis kinerja pesaing, dan harapan pelanggan.
Hansen
dan Mowen (2006:4) mendefinisikan “SAM adalah sistem informasi yang
menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input)
dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen.”
Gul dan Chia (1994; Chia, 1995; Nazaruddin, 1998; dalam Juniarti dan Evelyne,
2003) mengidentifikasikan empat karakteristik SAM yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan, yaitu:
a. Broadscope
Dalam
melaksanakan tugasnya manajer membutuhkan informasi dari berbagai sumber yang
sifatnya luas (Robbins, 1994:8). Manajer membutuhkan informasi yang memiliki
karakteristik broadscope yaitu informasi yang memiliki cakupan yang luas
dan lengkap (completeness) yang biasanya meliputi aspek ekonomi (pangsa
pasar, produk domestik bruto, dan total penjualan) dan aspek non-ekonomi,
misalnya kemajuan teknologi, perubahan sosiologis, dan demografi (Chia,
1995:814).
b.
Agregasi
Informasi
disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas, tetapi tetap mencakup hal-hal
penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu sendiri (Bordnar, 1995;
Alwi 2001). Informasi yang teragregasi akan berfungsi sebagai masukan yang
berguna dalam proses pengambilan keputusan, karena lebih sedikit waktu yang
diperlukan untuk mengevaluasinya, sehingga meningkatkan efisiensi kerja
manajemen (Chia, 1995:815).
c.
Integrasi
Informasi
yang mencerminkan kompleksitas dan saling keterkaitan antara bagian satu dan
bagian lain (Nazaruddin, 1998:147). Informasi yang terintegrasi berperan
sebagai koordinator dalam mengendalikan pengambilan keputusan yang beraneka
ragam (Chia, 1995:815). Manfaat informasi yang terintegrasi dirasakan penting
saat manajer dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan yang akan
berdampak pada bagian/unit yang lain.
JURNAL
ILMIAH MAHASISWA AKUNTANSI – VOL. 1, NO. 4, JULI 2012
52
d. Timeliness
Menyatakan
ketepatan waktu dalam memperoleh informasi mengenai suatu kejadian (Echols,
1996:593). Informasi dikatakan tepat waktu apabila informasi tersebut
mencerminkan kondisi terkini dan sesuai dengan kebutuhan manajer (Bordnar,
1995:399). Informasi yang tepat waktu akan membantu manajer dalam pengambilan
keputusan (Chusing, 1994:16).
Tingkatan
Kompetisi Pasar
Intensitas
kompetisi pasar didefinisikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
persaingan yang diukur dari jumlah pesaing utama yang beroperasi dalam pasar,
frekuensi tingkat perubahan teknologi dalam industri, frekuensi pengenalan
produk baru, tingkat manipulasi harga, kesepakatan borongan antara pelanggan
dan pesaing, perubahan regulasi dan kebijakan pemerintah, intensitas kompetisi
harga, intensitas kompetisi produk (differentiation), promosi produk,
dan saluran distribusi (Khandawalla, 1972; Chong et al., 2001; dalam
Susanto dan Gudono, 2007). Kondisi intensitas kompetisi pasar yang tinggi bila
banyak persaingan penjualan sehingga tidak dapat memperoleh laba terlalu tinggi
karena mereka saling bersaing untuk menarik pelanggan dengan harga yang lebih rendah,
tetapi tetap mendapatkan keuntungan. Dampaknya bagi perusahaan kurang maksimal
keuntungan yang didapat dalam menjalankan kinerja unit bisnis, sehingga
mengalami penurunan laba. Sebaliknya, kondisi intensitas kompetisi pasar yang
rendah bila kurangnya persaingan penjualan, dampaknya bagi perusahaan akan
meningkatkan pemasukan yang diterima. Dalam kondisi intensitas kompetisi pasar
yang tinggi, manajer memerlukan informasi SAM yang
sophisticated
untuk membuat keputusan yang lebih tepat
sehingga meningkatkan kinerja unit bisnis. Sementara itu, untuk menghadapi
intensitas kompetisi pasar yang rendah, informasi akuntansi tradisional atau
informasi SAM yang less sophisticated lebih tepat digunakan oleh manajer
untuk pengambilan keputusan. Apabila manajer menggunakan informasi SAM yang sophisticated
untuk menghadapi kondisi intensitas kompetisi pasar yang rendah, maka
kinerja unit bisnis menurun. Hal tersebut disebabkan oleh informasi SAM yang
digunakan terlalu berlebihan (Gul, 1991; dalam Susanto dan Gudono, 2007).
Kinerja
Unit Bisnis
Menurut Mahoney dkk. (1963) dalam Mardiah dan
Listianingsih (2005), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun
etika. Bila manajer tidak memperhatikan tentang turunnya kinerja perusahaan,
maka dampaknya adalah perusahaan akan menghadapi krisis yang cukup serius. Menurut
Halim dan Tjahjono (2000) dalam Mardiyah dan Listianingsih (2005) manfaat
pengukuran kinerja bagi manajemen maupun karyawan adalah sebagai berikut:
a.
Mengelola operasi secara efektif dan
efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum,
b.
Membantu pengambilan keputusan yang
bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer, dan pemberhentian,
c.
Mengidentifikasikan kebutuhan
pelatihan, pengembangan karyawan, menyediakan kriteria seleksi, dan evaluasi program
pelatihan karyawan,
d.
Menyediakan umpan balik bagi karyawan
mengenai bagaimana atasan menilai kinerja, serta
e.
Menyediakan suatu dasar bagi
distribusi reward.
Unit
bisnis didefinisikan sebagai suatu organisasi atau bagian dari organisasi, yang
terdiri dari kegiatan bisnis yang biasanya, seperti marketing, produksi,
keuangan, personalia, distribusi, customer services, dan research and
development. Menurut Madura (2007: 254-262) bentuk unit bisnis adalah
sebagai berikut:
a.
Badan usaha perseorangan
Salah
satu bentuk organisasi bisnis adalah badan usaha perseorangan yang kepemilikan
dan pengelolaannya ditangani oleh satu orang. Jenis badan usaha ini memiliki
karakteristik seperti modal yang kecil, jumlah tenaga kerja yang sedikit,
terbatas keanekaragaman produk dan jasa yang dihasilkan, dan penggunaan
teknologi yang masih sederhana. Umumnya badan usaha ini merupakan sektor usaha
mandiri yang mempekerjakan sedikit tenaga kerja dari lingkungan yang terdekat.
b.
Persekutuan
Persekutuan
adalah bentuk legal suatu bisnis yang dimiliki dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan bisnis. Pembentujan persekutuan ini bias berdasarkan kontrak
tertulis atau kesepakatan yang legal. Untuk membentuk persekutuan yang baik,
perlu kesepakatan untuk menyamakan visi dan tujuan pembentukan unit bisnis.
Karena itu pengusaha perseorangan hendaknya memilih partner yang dapat memenuhi
komitmen bersama.
c.
Perseroan terbatas
Merupakan
organisasi bisnis yang berbentuk badan hukum, dimana tanggung jawab dan kewajiban
usaha terpisah dari pemilik modalnya. Bentuk badan usaha ini berbeda dengan
badan usaha perseorangan maupun persekutuan karena pemilik tidak harus memimpin
dan mengelola perusahaan. Pengelolaannya diserahkan kepada orang lain yang
memiliki kemampuan untuk melaksanakannya.
Kinerja
unit bisnis didefinisikan sebagai tingkat suatu unit sukses dalam memperoleh
rencana target (anggaran). Anggaran merupakan suatu alat untuk perencanaan dan
pengawasan operasi keuntungan dalam suatu organisasi laba dimana tingkat
formalitas suatu budget tergantung besar kecilnya organisasi. Penggunaan
informasi benchmarking dan monitoring yang disediakan oleh SAM membantu
manajer untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan dua cara. Pertama,
penggunaan informasi tersebut membantu manajer dalam memposisikan organisasinya
pada persaingan pasar. Posisi organisasi yang sesuai di persaingan pasar
merupakan hal yang krusial bagi kemampuan perusahaan untuk menopang paket
atribut produk yang ditawarkan kepada konsumennya. Perolehan keunggulan biaya
terhadap pesaingnya merupakan dasar atas pemposisian tersebut (Simmonds, 1981;
dalam Ikhsan dan Rasdianto, 2005). Kedua, penggunaan informasi SAM dapat juga
mempromosikan kinerja organisasi dengan memberikan umpan balik pada implementasi
perencanaan dan penyelesaian pekerjaan. Umpan balik adalah informasi yang
dikirimkan kepada penerima berkenaan dengan perilaku penerima tersebut (Ashford
dan Cummings, 1983; dalam Ikhsan dan Rasdianto, 2005). Peranan Penggunaan
Informasi Akuntansi pada Kinerja Unit Bisnis dalam Berbagai Tingkatan Kompetisi
Pasar Palmer (1992) dalam Faisal (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang
menerapkan strategi cost leadership (defender) harus menekankan pentingnya
biaya standar dan realisasi tujuan anggaran. Kedua informasi tersebut dapat diperoleh
dari informasi yang dihasilkan sistem akuntansi manajemen. Menurut Porter
(1985) dalam Faisal (2006) ada dua jenis strategi, yaitu strategi korporat dan
kompetitif (unit bisnis). Strategi korporat memfokuskan pada bisnis apa yang
dan bagaimana mengelola unit bisnis. Strategi kompetitif fokus pada penciptaan
keunggulan kompetitif pada masing-masing unit bisnis. Porter (1980) dalam
Faisal (2006) mengelompokkan strategi menjadi cost leadership, differentiation
dan focus. Ketiga strategi tersebut menjadi dasar bagi perusahaan untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif. Sim, Teoh dan Thong (1993) dalam Faisal
(2006) menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan strategi cost leadership
atau defender beroperasi dengan menekankan pada efisiensi kos yang membutuhkan
sistem informasi akuntansi yang sophisticated dengan memonitor informasi atau
tren pasar. Untuk mempertahankan stabilitas pasarnya, perusahaan harus memiliki
historical information. Untuk memonitor informasi dan mempertahankan stabilitas
pangsa pasarnya dibutuhkan informasi yang timeliness. Dengan demikian infromasi
timeliness yang dihasilkan SAM sangat tepat untuk perusahaan dengan strategi
defender (Abernethy dan Guthrie, 1994; dalam Faisal, 2006). Mia dan Clarke (1999)
dalam Faisal (2006) menyimpulkan bahwa manajer yang menghadapi situasi
ketidakpastian seperti kompetisi pasar, informasi SAM yang digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan akan meningkatkan kinerja unit bisnis dan kepuasan
kerja. Penggunaan informasi ini diukur dengan instrumen yang dikembangan oleh
Mia dan Clarke (1999) yang diacu dari penelitian Simons (1990) dalam Faisal
(2006). Instrumen ini terdiri dari tiga item pertanyaan dengan menggunakan 7
point skala Likert. Angka 1 merepresentasikan rendahnya frekuensi penggunaan
informasi akuntansi untuk
pengambilan
keputusan dan angka 7 menunjukkan tingginya frekuensi penggunaan informasi
akuntansi dalam pembuatan keputusan. Ketiga item pertanyaan tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Informasi benchmarking yaitu informasi yang membandingkan kondisi internal unit
bisnis dengan kondisi pesaing
dalam
industri yang sama, seperti informasi perbandingan pencapaian target penjualan,
volume produksi, biaya
produksi,
delivery time, delivery costs, pendapatan, pangsa pasar, pelayanan customer,
dan laba.
b.
Informasi monitoring, yaitu informasi yang membandingkan kondisi internal
perusahaan terkini dengan kondisi
perusahaan
pada tahun-tahun sebelumnya.
c.
Informasi tren (fluktuasi) untuk menilai kinerja mereka.
Penerapan
Penggunaan Informasi Akuntansi pada Kinerja Unit Bisnis dalam Berbagai
Tingkatan Kompetisi
Pasar.
DeGeus,
(1988); Senge (1990); Day (1991) dalam Ikhsan dan Rasdianto (2005) menyebutkan
bahwa dalam
rangka
mempertahankan keunggulan bersaing, organisasi perlu menyesuaikan diri dengan
cepat terhadap lingkungan
pasar
mereka. Jika suatu perusahaan dihadapkan pada meningkatnya persaingan pasar,
namun gagal
mengimplementasikan
strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan tersebut, maka kinerja
sepertinya memburuk.
Oleh
karena itu perlu adanya penggunaan informasi akuntansi.
Porter
(1985) dalam Ikhsan dan Rasdianto (2005) berpendapat bahwa suatu organisasi,
untuk bertahan dan
sukses
dalam persaingan pasar, harus mengamati dan memonitor lingkungannya dalam
hubungannya dengan ancaman
dari
pesaing potensial, ancaman dari produk dan jasa substitusi, sifat dan
intensitas dari persaingan pada industri, dan
kekuatan
menawar dari supplier dan konsumen. Untuk secara sukses menghadapi ketiga
faktor ancaman tersebut, suatu
organisasi
dapat menggunakan informasi SAM untuk mengamati lingkungannya dan
mengidentifikasi segala perubahan
pada
industri dan strategi pesaing. Misalnya, besarnya ancaman dari produk dan jasa
substitusi tergantung dari atribut
dan
biaya dari produk dan jasa tersebut. Informasi SAM dapat membantu menilai
atribut, harga, dan biaya barang/jasa
substitusi
dalam pasar. Kekuatan menawar dari supplier tergantung dari ketersedianya
alternatif konsumen dalam pasar
dan
harga yang diajukan oleh konsumen tersebut. Demikian juga, kekuatan menawar
konsumen (atau kesempatan
mereka
untuk memilih) tergantung dari atribut atau barang alternatif dan harga produk
tersebut yang ditawarkan oleh
suplier
dalam pasar. Informasi benchmarking dan monitoring dapat menfasilitasi penilaian
tingkat kekuatan menawar
konsumen
(bargaining power of customer). Selain itu, informasi sistem akuntansi
manajemen dapat membantu
manajemen
dalam mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan nilai konsumen, sehingga
mempertahankan konsumen
yang
ada dan meningkatkan pangsa pasar. Beberapa perusahaan menetapkan kunci tujuan
dalam bentuk total penjualan
atau
pangsa pasar karena hal ini merupakan dasar baik untuk profitabilitas jangka
panjang (Pogue, 1990; dalam Ikhsan
dan
Rasdianto, 2005).
Penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa umpan balik membantu manajer meningkatkan
kinerjanya karena
memungkinkan
mereka mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan dan mengurangi ketidakpastian
tugas dengan
memberikan
informasi yang relevan (Vroom, 1964; Bourne, 1966; dalam Ikhsan dan Rasdianto,
2005). Umpan balik
menfasilitasi
kinerja organisasi dengan mengarahkan usaha-usaha manajer terhadap tujuan dan
perilaku yang dinilai
oleh
organisasi (Ashford and Cummings; 1983; dalam Ikhsan dan Rasdianto, 2005).
Informasi
benchmarking dan monitoring dapat memberikan umpan balik pada
aspek-aspek yang berbeda saham,
volume
penjualan, profitabilitas, dan produktivitas (Kaplan, 1983; dalam Ikhsan dan
Rasdianto, 2005), sehingga
meningkatkan
kinerja organisasi. Laporan yang membandingkan kinerja organisasi tahun
sekarang pada biaya, pangsa
pasar,
tingkat persediaan atau volume penjualan dengan tahun-tahun sebelumnya atau
dengan organisasi lain pada
industri
yang sama merupakan contoh dari umpan balik. Kenis (1979) dan Mock (1973) dalam
Ikhsan dan Rasdianto
(2005)
mendukung peran umpan balik informasi yang telah memperbaiki pengambilan
keputusan para manajer. Mock
(1973)
dalam Ikhsan dan Rasdianto (2005) dalam experimental studinya menemukan
bahwa experimental group
menerima
umpan balik diluar kinerja dimana pengendalian kelompok tidak menerima umpan
balik. Dalam studi
lapangan
yang dilakukan Kenis (1979) dalam Ikhsan dan Rasdianto (2005) dengan melibatkan
169 manajer dari
perusahaan
di bidang industri manufaktur, menemukan umpan balik terhadap kinerja
disediakan dengan anggaran yang
berhubungan
positif dengan kinerja manajerial. Para manajer yang memakai merasa puas dengan
adanya sistem
akuntansi
manajemen yang berhubungan erat kepada penggunaan informasi mereka. Dengan
tidak sengaja, jika
informasi
tidaklah tepat waktu tersedia, para manajer tidak bisa menggunakannya,
sekalipun mereka menginginkan itu.
Pada
sisi lain, jika para manajer tidaklah cukup dengan informasi yang tersedia bagi
mereka, mereka tidak akan
menggunakan
informasi. Jadi, kepuasan para manajer dengan sistem akuntansi manajemen adalah
penting (Ikhsan dan
Rasdianto,
2005).
Kohli
dan Jaworski (1990) dalam Ikhsan dan Rasdianto (2005) mengatakan bahwa besarnya
persaingan suatu
perusahaan
harusnya berorientasi pada pasar dalam pengertian seharusnya menemukan
keinginan customers dan
menciptakan
nilai superior customer untuk kepuasan mereka. Selain itu, suatu
organisasi seharusnya carefully
mengukur
keuntungan dan biaya yang diharapkan serta mengejar keuntungan terhadap
peningkatan orientasi strategi
pasar,
peningkatan orientasi pasar mungkin akan menghalangi kinerja (Kohli dan
Jaworski, 1990; dalam Ikhsan dan
Rasdianto,
2005). Strategi merupakan rencana terpadu tentang uraian produk, kegiatan,
fungsi dan pasar yang saat ini
dijalankan
oleh perusahaan untuk mencapai tujuan utama perusahaan. Strategi disusun
berdasarkan keunggulan
perusahaan
dalam menghadapi lingkungan. Strategi bersaing dimaksud melakukan sesuatu yang
berbeda dengan para
pesaing
dalam industri yang sama (Porter, 1985; dalam Ikhsan dan Rasdianto, 2005).
Setiap perusahaan mempunyai
kebebasan
untuk menentukan strategi mana yang akan dipergunakan dalam bersaing. Panduan
dasarnya adalah
kesesuaian
antara pilihan lingkungan pasar yang dihadapi agar dapat memaksimumkan nilai
perusahaan. SAM
menyediakan
informasi benchmarking dan monitoring untuk dapat mambantu
perusahaan dalam mengidentifikasi,
mengevaluasi
dan mengimplementasikan strategi yang tepat, dan memperbaiki kinerja perusahaan
(Ikhsan dan
Rasdianto,
2005).
KESIMPULAN
Penggunaan
SAM pada kinerja unit bisnis dapat mempengaruhi tingkat persaingan penjualan.
Informasi
benchmarking
dan monitoring dapat memberikan umpan
balik pada aspek-aspek yang berbeda saham, volume
penjualan,
profitabilitas, dan produktivitas, sehingga meningkatkan kinerja organisasi.
Hal ini dikarenakan manajer
merasa
bertanggung jawab terhadap perusahaan tersebut, sehingga manajer akan ikut
serta menjaga kesejahteraan
perusahaan.
Perusahaan dapat bertahan salah satu caranya dengan menghasilkan produk/jasa
bermutu tinggi, sehingga
perusahaan
harus mengetahui bahwa dengan mutu pelayanan yang lebih baik akan lebih mampu
memberikan
keunggulan
bersaing yang kuat serta menghasilkan penjualan dan memperoleh laba yang tinggi
dibandingkan dengan
perusahaan
yang melakukan promosi berlebihan.
Untuk
mencapai usaha memaksimumkan daya saing ini maka perusahaan perlu menerapkan
SAM. Adanya
penggunaan
informasi akuntansi dapat mempermudah perusahaan dalam mengoperasikan kinerja
bisnisnya dan tidak
mengeluarkan
biaya besar. Selain itu perusahaan juga dapat meningkatkan penghasilan sehingga
secara otomatis laba
juga akan
semakin meningkat.
Penerapan
pada kinerja unit bisnis di berbagai tingkatan kompetisi pasar untuk dapat
mencapai keunggulan
bersaing
tersebut, diperlukan adanya dukungan SAM yang memadai untuk mempengaruhi dan
memotivasi perilaku
karyawan
dengan berbagai cara. Hal ini dikarenakan tingkatan kompetisi pasar selain
bertanggung jawab untuk
meningkatkan
kinerja perusahaan, juga termasuk kinerja manajer dalam pengendalian terhadap
kualitas dan pelayanan
untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Tingkatan kompetisi pasar juga ikut
andil dalam seluruh proses
kegiatan,
sehingga peranan SAM di sini sangat dibutuhkan bagi perusahaan untuk bisa
memaksimalkan kesejahteraan
organisasi
dan juga karyawan di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL
ILMIAH MAHASISWA AKUNTANSI – VOL. 1, NO. 4, JULI 2012
55
Dwirandra,
A.A.N.B., 2007, Pengaruh Interaksi Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi,
dan Luas Lingkup
Informasi
Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial, Buletin Studi Ekonomi, Vol.12,
No.2, Hal:
232-244,
Denpasar.
Erlina,
2005, Karakteristik Akuntansi Manajemen, e-USU Repository,
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1218/1/akuntasi-erlina.pdf,
diunduh 2 April 2012).
Faisal,
2006, Analisis Pengaruh Intensitas Persaingan dan Variabel Kontekstual Terhadap
Penggunaan Informasi Sistem
Akuntansi
Manajemen dan Kinerja Unit Bisnis Dengan Pendekatan Partial Least Square,
Simposium
Nasional
Akuntansi IX, Padang.
Faisal,
dan T.J.W. Prabowo, 2006, Pengaruh Intensitas Persaingan Pasar, Strategi dan
Ketidakpastian Lingkungan Yang
Dirasakan
Terhadap Penggunaan Informasi Sistem Akuntansi Manajemen dan Kinerja Unit
Bisnis, Jurnal
Akuntansi
dan Auditing Indonesia, Vol.10, No.1, Hal: 45-63.
Gudono,
dan Susanto, 2007, Pengaruh Intensitas Kompetisi Pasar Terhadap Hubungan Antara
Penggunaan Informasi
Sistem
Akuntansi Managemen dan Kinerja Unit Bisnis dan Kepuasan Kerja, Simposium
Nasional Akuntansi
X, Makassar.