Senin, 09 Juni 2014

Bahaya Membasmi Seekor Kecoa dan Cara Membasminya

Sekedar info untuk kita, semoga bermanfaat...
Saya yakin kita pernah ketemu dengan yang namanya Kecoa. Kecoa ini jenis binatang serangga yang sangat berbahaya disamping menjijikan, apalagi kalau sudah menyentuh makanan kita. pasti kita akan membunuhnya secara langsung tanpa dipikir dulu. Dan ada juga yang takut dengan kecoa karena jijiknya itu.
Termasuk yang mana? yang langsung dibasmi atau yang langsung lari jika ketemu kecoa?
Memang seekor kecoa ini seperti tidak berbahaya dalam kesehatan kita, soalnya kelihatan lugu, tidak berbahaya, padahal dibalik keluguan itu menyimpan rahasia yang sangat berbahaya bagi manusia. saya pernah dengar jika makanan kita disentuh oleh kecoa maka makanan itu sudah dimasukkan kuman yang mengakibatkan manusia itu sakit. Didalam tubuh kecoa mengandung ratusan kuman bahkan ribuan penyakit yang bisa menular bagi manusia. 
Oleh karena itu berhati-hatilah dengan binatang satu ini yaitu  Kecoa yang sering ditemukan di rumah kita. Dan saya ingatkan jangan sampai kecoa itu langsung dibunuh dengan cara dipukul oleh alat pemukul atau diinjak langsung oleh kaki kita. karena itu sangat berbahaya bagi manusia.
Mungkin anda ada yang  belum tahu bagaimana Bahayanya membunuh seekor kecoa yang sering kita lihat dirumah atau dimana saja. Membunuh seekor kecoa itu ada Rahasia yang sangat ngeri sekali  dan sangat berbahaya bagi keamanan dan kenyaman kita apalagi dalam kesehatan manusia.
Saya Sarankan bila anda menemukan seekor kecoa di rumah atau dimana saja. Sekali lagi Janganlah anda memukulnya atau di injak sampai mati bahkan sampai isi perut kecoa keluar semuanya. Karena di dalam perut kecoa itu terdapat binatang yang namanya Cacing. Seekor cacing ini tidak panjang. sangatlah pendek , halus dan lembut. Cacing ini akan keluar dan tetap hidup jika kecoa itu dibunuh  sampai keluar isi perutnya dan cacing ini tetap hidup meskipun diluar dari tubuh kecoa itu.
Bila cacing ini sudah berada di luar dari tubuh kecoa yang telah dibunuh, cacing tersebut akan bergerak untuk mencari tempat atau induk yang baru. Dan Cacing ini bentuknya sangatlah pendek tidak panjang, lembut dan halus. Dan akan terlihat kasat mata jika jarak pandang kita sekitar 10 - 20 cm.
Jika mau  melihat cacing ini. caranya Anda taruhkan atau simpan isi perut kecoa itu di atas kertas hitam atau di atas cermin. Disanalah kita akant terlihat pergerakkan cacing yang pendek halus itu.
Sekali lagi sangat berbahaya apabila cacing tersebut sampai menyentuh kulit tubuh kita terutama kaki karena cacing itu bisa masuk melalui pori-pori kulit kaki atau bila ada luka terbuka pada kulit luar, baik di tangan atau di badan. Maka cacing akan bebas dan leluasa masuk ke tubuh manusia.
Cara membunuh yang baik dan aman, sebaiknya kecoa itu dibasmi atau dibunuh cukup dengan memakai alat semprotan, misalkan dengan memakai semprotan Baygon, semprotan Hit atau  semprotan anti serangga lainnya, yang dapat membasmi atau membunuh kecoa tanpa mesti kita memukulnya atau menginjak kecoa itu mati sampai mengeluarkan isi perutnya
 
Sumber : http://www.ahlisyukur.com/2013/04/bahaya-membasmi-seekor-kecoa-dan-cara.html

Tips Berbelanja di bulan Puasa

Jakarta - Sebelum bulan puasa ternyata Pemerintah membuat kebijakan yang kereeen, yaitu menaikan harga BBM, alhasil harga-harga barang merangkak naik. Memasuki bulan Puasa, harga barang tersebut naik semakin tinggi, tinggi, dan tinggi. 

Lalu Bagaimana cara bijak membelanjakan gaji bulanan terutama di saat bulan ramadan seperti ini? Bulan puasa identik dengan pengeluaran yang membengkak. Ada beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut.

A. Naiknya harga-harga sembako
Bahkan tahun ini kenaikan harga BBM hanya beberapa minggu sebelum bulan puasa tiba, sehingga mendorong kenaikan biaya transportasi dan sembako. Ini adalah faktor yang tidak bisa dihindari.

B. Konsumtif
Esensi dari puasa adalah menahan nafsu, namun sering hanya diartikan menahan makan dan minum dari sahur hingga berbuka, bukan menahan nafsu konsumtif. Berbelanja dalam keadaan lapar pun memicu pembelian barang-barang yang harusnya tidak diperlukan.

C. Pergeseran jam makan
Logikanya, pergeseran jam makan dari sarapan menjadi sahur, makan siang jadi takjil berbuka, makan malam tetap, akan membuat lebih hemat karena biaya makan siang menjadi hanya biaya takjil. Tapi banyak orang yang merasa pengeluaran mereka lebih banyak, karena saat berbuka dan makan malam cenderung ingin makan apapun yang diinginkan.

D. Undangan buka puasa bersama
Banyaknya undangan buka puasa bersama di restoran atau di café bersama keluarga, kerabat dan teman pastinya juga membuat pengeluaran membengkak.

Dari Poin B, C, dan D di atas sebenarnya masih dapat disiasati sehingga tidak ada minus pengeluaran di bulan puasa. Adapun Cara bijak membelanjakan gaji bulanan untuk menghadapi bulan puasa seperti ini adalah: 

1. Mengetahui jumlah pengeluaran bulanan pada bulan-bulan sebelumnya
Untuk rumah tangga dengan kebiasaan memasak, kenaikan harga-harga bahan makanan dapat dihitung sehingga diketahui seberapa besar perbedaan harganya. Jika terbiasa membeli makan atau dengan catering, tentu kenaikan harga lebih mudah diketahui. Setelah itu bisa dianggarkan untuk sebulan ke depan.

TIPS: Bagilah pengeluaran sehari-hari –yang telah dianggarkan tadi-- (terutama makan dan transport) untuk seminggu dan pastikan hanya ada sejumlah uang untuk seminggu di dompet Anda, termasuk budget hiburan saat akhir minggu. Minggu selanjutnya barulah ambil uang lagi di ATM sejumlah yang sama dengan minggu lalu. Dengan demikian pengeluaran akan terkontrol.

2. Alokasikan Anggaran
Untuk pengeluaran seperti belanja bulanan, belilah hanya yang benar-benar diperlukan, sesuai alokasi anggaran. Buat daftar belanja sebelum ke pasar/supermarket dan taati daftar tersebut. Jika berbelanja di supermarket usahakan untuk berbelanja setelah berbuka agar nafsu belanja tidak tinggi.

3. Bedakan antara keinginan dan kebutuhan
Buka puasa bersama mungkin adalah kebutuhan untuk bersosialisasi, tapi perlukah di restoran/café di luar budget Anda? Anda dapat mengusulkan restoran yang lebih murah, atau jika tidak terlalu dekat dengan lingkungan pertemanan tersebut Anda selalu bisa memilih untuk tidak ikut.

4. Sisihkan juga di awal biaya-biaya lain yang harus dibayarkan
Seperti saat ini yang kebetulan bulan puasa jatuh pada masa liburan sekolah dan masuk sekolah, sehingga akan ada biaya liburan anak dan biaya masuk sekolah.
(ang/ang) 
 
sumber: finance.detik.com

Trik Agar Apel Kupas tak Berwarna Kecoklatan

Jakarta - Warna kecokelatan sering kali muncul pada daging buah apel yang sudah dipotong. Tentunya akan merusak penampilan buah dan rasa. Untuk mencegah perubahan ini bisa dilakukan cara mudah. Seperti beberapa langkah ini.

Perubahan warna cokelat pada apel umum terjadi karena enzim buah bereaksi dengan oksigen di udara yang lebih dikenal dengan oksidasi. Untuk mencegahnya simak lima trik jitu ini.
 
1. Olesi air jeruk lemon
Perubahan warna pada apel bisa diatasi dengan air jeruk lemon. Air lemon yang mengandung asam sitrat akan mencegah terjadinya oksidasi. Caranya cukup kucuri permukaan daging buah apel yang sudah dibelah dengan air lemon. Rasanya pun jadi lebih segar.
2. Gunakan garam
Garam merupakan pengawet alami dan efektif mencegah perubahan warna pada apel yang sudah dipotong. Larutkan setengah sendok teh garam dalam air dingin secukupnya. Kemudian rendam apel yang sudah dikupas ke dalam larutan garam selama 3-5 menit. Kemudian bilas dengan air matang dan tiriskan.

3. Rendam dalam minuman berkarbonasi
Minuman berkarbonasi umumnya mengandung asam sitrat. Baik digunakan untuk mencegah perubahan warna cokelat pada buah apel. Jenis minumannya bisa berupa lemon-lime soda. Cukup merendam buah apel yang sudah dipotong-potong dan diamkan beberapa saat.

4. Rebus apel
Merebus apel juga bisa mencegah perubahan warna pada apel. Proses ini dapat menghentikan reaksi enzim dengan oksigen. Cara ini mudah dilakukan, masukkan apel yang sudah dipotong- potong ke dalam panci berisi air mendidih selama 5 menit. Kemudian angkat dan bilas dengan air dingin.

5. Bungkus dengan plastik
Metode sederhana ini juga bisa dilakukan untuk mencegah perubahan warna pada buah apel. Cukup bungkus apel yang sudah dipotong-potong dengan plastik rapat-rapat agar udara tidak mudah masuk sehingga enzim dalam buah apel tidak teroksidasi.

sumber:food,detik.com

Artikel : "Segera Buang Obat Jika Menemukan Cri-Ciri Seperti Ini"

Jakarta, Niat hati ingin sembuh malah sakit makin parah gara-gara beli obat palsu ataupun obat yang sudah rusak tapi tetap beredar di pasaran. Tak ada solusi lain selain waspada dan tahu caranya mengenali obat palsu dan obat rusak.

Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Napza Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dra A. Retno Tyas Utami, Apt, M.Epid., memaparkan ciri-ciri obat rusak. "Kapsul ciri-cirinya kalau sudah lembek atau lengket saling menempel gitu bisa. Dia itu kan pembungkusnya dari gelatin yang rentan udara dan gampang rusak, ada kelembaban maka airnya akan meresap ke gelatin itu sehingga kapsulnya jadi lembek."

Sedangkan untuk obat berbentuk salep, warna dan baunya berubah, bisa juga campuran komposisinya yang mulai terlihat seperti terpisah atau mengeras.

Menurut Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Drs M. Dani Pratomo, MM, Apt., salep yang rusak bisa saja disebabkan karena penggunanya cenderung menutup salep tidak terlalu rapat sehingga udara mudah masuk dan hal itu mempercepat proses oksidasi serta menurunkan kualitas salep menjadi lebih cepat.

Begitu pun dengan puyer yang juga tergolong sebagai obat campur atau terdiri atas beberapa komposisi bahan tertentu. Jika rusak, warnanya pun cenderung berubah. "Jadi kalau nggak habis sebaiknya dibuang saja karena kan proses
penumbukannya juga kita nggak tahu bagaimana dan sudah pasti di udara terbuka. Di udara terbuka ada kuman dan bakteri kan, makanya kalau ibu-ibu suka simpan puyer untuk anaknya nanti pas sakitnya kambuh janganlah ya," saran Retno saat dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (6/11/2013).

Lain kapsul dan salep, lain juga ciri obat sirup yang sudah rusak. Menurut Dani, obat sirup seperti halnya obat batuk yang rusak biasanya berubah jadi keruh, yang tadinya jernih langsung mengeruh.

Lalu sebenarnya apakah setiap obat memiliki jangka waktu penggunaan tertentu? "Kalau di apotek tidak dikasih tahu gimana nyimpen obatnya, itu hak pasien untuk nanya. Kalau obat racik stabilitasnya kira-kira tujuh sampai sepuluh hari, seperti puyer kalau sudah lebih dari seminggu sebaiknya dibuang," terang Dani.

Sedangkan obat batuk bisa tahan lama jikalau disimpan di kulkas atau sesuai dengan petunjuk penyimpanan yanga ada pada label. Biasanya mencapai 30 hari setelah dibuka atau sampai tanggal kedaluwarsa.

"Yang gampang itu cek sejak awal obat itu dipakai gimana dan nanti dilihat apakah bentuk, rasa, warnanya tidak sama dengan awalnya. Jika iya, itu sudah rusak berarti," imbuh Widyaretna Buenastuti, Ketua Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP).(vit/up)
 

Kebahagiaan Untuk Sahabatku

Takut…
Semua orang pasti merasa takut…!!
Tapi pernakah kita merasa takut untuk kehilangan…?
Yaa.. mungkin sebagian banyak orang sangat takut yang namanya kehilangan, apalagi kehilangan seseorang yang berarti untuk kita!
Sama sepertiku, aku kehilangan sosok sahabat yang sangat istimewa bagiku, dan entah kapan aku dapat bertemu dengannya lagi!
Pagi ini langit begitu cerah ketika cahaya matahari terlihat bersinar dari ufuk timur. Namaku Olivia Putri salah satu murit kelas XI-IPA SMA Nusa Bangsa.
“Oliv” sapa marsya saat aku sampai di gerbang sekolah.
Marsya adalah sahabat baruku sekaligus teman sebangkuku di SMA ini sejak kelas 1 dan kebetulan kami sama-sama masuk kelas IPA.
“Eh Marsya, baru datang?” jawabku membalas sapaannya.
“Iya, ke kelas yuk?” ajaknya.
Kemudian kami pun berjalan melewati koridor-koridor sekolah menuju kelas.
Sekolahku lumayan besar dengan bercat tembok berwarna hijau, dengan tanaman gantung di setiap luar kelas yang berjejer rapi. Di samping gedung terdapat lapangan basket yang memisahkan antara gedung 1 dengan gedung 2 serta di belakang gedung terdapat taman kecil dengan beraneka ragam bunga berwarna warni. Begitulah sekolahku, tempat dimana harus aku datangi tiap hari untuk menuntut ilmu.
Setelah selesai pelajaran, Marsya mengajakku ke Balkon sekolah, kami duduk di sudut balkon sambil minum segelas es teh. Aku terkejut ketika marsya menepuk pundakku.
“Liv, kok bengong?” ucapnya.
“Ahh.. Marsya ngagetin aja…!
“Habisnya kamu bengong melulu, ntar kesambat lho”
“Aku sedang memikirkan sesuatu!”
“Memang apa yang kamu pikirkan?”
“Teman SMP ku dulu, saat SMP aku punya sahabat namanya Velisa, namun aku tidak tahu sekarang dia dimana.”
Aku bercerita kepada Marsya dimana awal aku mengenal Velisa.
Saat itu aku pergi ke toko buku bersama kakakku, namun saat pulang hujan begitu deras sehingga kami berdua kehujanan. Namun tiba-tiba seorang gadis kecil menawarkan sebuah payung dan dia adalah Velisa.
“Payung kak?” ucapnya
Kakakku menerima tawarannya, mengambil payung tersebut dan menggunakannya bersamaku untuk berjalan menuju halte. Sementara Velisa mengikuti kami dari belakang. Aku memperhatikannya, rambutnya yang panjang tergerai basah akibat air hujan begitu juga dengan bajunya, namun dia tetap tersenyum. Setelah sampai di halte kakakku mengeluarkan uang 10.000an dari sakunya dan memberikannya kepada Velisa.
“Maaf kak tidak ada kembaliannya” ucap Velisa
“kembaliannya buat adek saja” jawab kakaku
“terima kasih kakak” ia tersenyum menerima uang itu, kemudian pergi meninggalkan kami.
Aku merasa iba melihatnya bahwa gadis seumuran dia yang juga seumuranku harus bekerja menjadi ojek payung untk mendapatkan uang.
Aku tidak menyangka bahwa keesokan harinya aku bertemu kembali dengan Velisa. Saat itu adalah hari pertama kali aku menjadi siswi SMP, Velisa tersenyum padaku.
“kakak yang kemarin itu kan? namaku Velisa” ucap velisa memperkenalkan diri.
“iya, aku Oliv” jawabku kemudian.
Sejak saat itu aku bersahabat dengan Velisa kemanapun selalu bersama. Velisa mendapatkan beasiswa karena 3 kali berturut turut menang dalam lomba cerdas cermat, sehingga dia mendapatkan beasiswa dari sekolah SMP ku dulu. Namun saat kita hendak naik kelas 3 sekolahku tidak dapat memberikan bantuan lagi sehingga Velisa terpaksa harus berhenti sekolah karena beasiswanya dicabut.
Secara tidak sadar aku pun meneteskan air mata menceritakan itu semua kepada Marsya. Dan sejak saat itulah aku kehilangan dia.
Marsya tertegun mendengar ceritaku, sesaat dia terdiam kemudian bertanya.
“apa kamu tidak tahu rumahnya?”
“hmm Velisa pernah bercerita kalau dia tinggal di Panti Asuhan Kasih Bunda namun aku tidak tahu tempatnya dimana.
“emm.. bagaimana kalau kapan-kapan kita cari tahu tempat Panti Asuhan Kasih Bunda itu? Nanti aku bantu”
serius kamu?”
“iyalah”
“tapi aku tidak tahu Alamatnya!”
“maka dari itu kita coba cari alamatnya, kita kan bisa Tanya”
ya sudah kalau kita libur saja ya.. kita cari tahu”
“siip”
Keesokan harinya…
Angin sepoi-sepoi saat aku berangkat sekolah dan mendung tampaknya semakin gelap hingga sinar matahari tak mampu menerangi bumi namun tetap membuatku semangat untuk pergi ke sekolah. Hari ini ada praktek biologi untuk kelasku.
KRRIIINNGG…!!!
Bel tanda masuk berbunyi, semua murid kelas XI-IPA menuju laboratorium IPA. Bu Felin guru Biologi kami pun memasuki laboratorium dan memulai pelajarannya. Beliau menjeaskan sedikit materi tentang Mikroskop sebelum melakukan percobaan. Aku berusaha berkonsentrasi mendengarkan penjelasannya. Setelah itu Bu Felin membagi preparat dan lembar kerja kepada setiap siswa. Aku pun mulai mengerjakannya dengan mencari fokus cahaya dan meletakkan lensa obyektif di tengah daerah padang, membuka diafragma dan mengukur cermin cekung kemudian meletakkan preparat di meja benda dan menjepitnya. aku melihatnya melalui lensa okuler serta menyesuaikan pembesaran sehingga bayangan benda preparat tampak jelas setelah itu menggambar sel dan jaringan yang ada di mikroskop tersebut. Setelah selesai aku mengumpulkan lembar kerjaku kepada Bu Felin.
Hujan begitu deras saat aku berada di dalam kelas, terdengar bunyi hujan yang menampar-nampar kaca jendela. Aku berdiri disana memandang keluar jendela dan memperhatikan setiap tetes air hujan yang jatuh. Yang entah mengapa membuatku teringat kembali dengan Velisa. Velisa pernah bilang:
“hujan itu adalah anugerah”
Karena pada saat hujanlah dia bisa memperoleh penghasilan/uang yang bisa dia tabung untuk kebutuhannya kelak agar menjadi orang sukses dan bisa membahagiakan Ibu Muslimah orang yang selama ini mengasuh serta mendidiknya sejak kecil. Bahwa sesusah apapun hidup jangan pernah meminta-minta karena lebih baik kita mencari pekerjaan halal lain selain meminta.
Aku belajar banyak dari Velisa bagaimana cara memaknai arti hidup yang sesungguhnya. Agar tetap tersenyum meski duka meraja. Aku sangat bangga padanya bagaimana dia berjuang dengan kesederhanaan hidup untuk meraih cita-citanya.
1 hal yang perlu kita tanam pada diri kita adalah:
Jangan menjadi seseorang yang pantang menyerah dan jangan pesimis hanya karna mendengar pendapat buruk orang di sekitar kita bahwa kita juga harus yakin apa yang terbaik untuk kita dan jangan pernah takut untuk mengambil keputusan. Karena hidup kita ada di tangan kita.
Cahaya matahari terasa menyengat menembus kaca jendela kamarku saat aku terbangun. Aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi. Hari ini aku berencana ingin pergi ke pasar Blauran. Aku mengenakan T-Shirt lengan pendek biru muda dan sweater serta celana jins warna hitam. Aku mengambil dompet dari dalam lemari dan memasukkannya ke dalam tas putih kecil, kemudian menyelempangkanya ke bahu. Setelah semua siap aku mengambil kunci motorku dan bergegas untuk berangkat. Hari ini cuaca begitu cerah berbeda dengan kemarin.
Sesampainya di sana aku melihat-lihat beraneka macam barang yang di jual mulai dari Baju, Tas, Sepatu, Accessories dan lain lain. Namun aku tertarik dengan salah satu kios yang menjual beraneka macam Accessories terbuat dari kain flannel seperti Bross, Jepit. Bando, Dompet, Sandal dan ada juga Souvenir.
“ada yang bisa saya bantu?” ucap seseorang saat aku berada di depan kios tersebut, namun sepertinya aku mengenalinya dia…
“Velisa!” ucapku padaya
Olivia ya?” jawabnya
“velisa kamu apa kabar” tanyaku seraya memeluknya dia pun membalas pelukanku.
“kabarku baik kamu sendiri gimana?”
“aku juga baik”
Dan tanpa terasa aku pun meneteskan air mata, aku tidak menyangka bahwa akan menemuinya disini. Aku segera menghapus air mataku kemudian melepas pelukanku.
“Velisa aku benar-benar merindukanmu”
“aku juga Oliv tidak ada sahabat yang sepertimu” ucapnya.
“kamu jualan disini”
“iya, kamu mau mencari apa datang kesini?”
“sebenarnya aku berniat untuk jalan-jalan saja cari kesibukan”
“ohh gitu, bagaimana kalau kamu mampir dulu ke kiosku kita ngobrol-ngobrol?”
“ide bagus”
Aku pun masuk ke dalam kios dimana ia berjualan, tempat yang menjual barang dari kain flanel itu tadi.
“emm… ini semua kamu yang buat?” tanyaku sambil melihat-lihat Accessories dari kain flannel itu
“ohh barang-barang ini, iya dibantu sama anak panti lainnya”
“jadi kamu masih tinggal di Panti Asuhan Kasih Bunda?”
“iya, kamu sekolah dimana sekarang”
“di SMA Nusa Bangsa”
“ohh yang di jalan Parung itu kan?”
“iya, kok kamu tahu?”
“aku sering order pesanan disana”
“ohh jadi kamu menerima pesanan juga?”
“iya kamu tahu kan dulu waktu SMP aku menjadi ojek Payung? uang dari hasil ojek Payung itu aku tabung kemudian aku belikan bahan-bahan seperti kain flannel, lem dan sebagainya. Awalnya aku menjualnya hanya keliling-keliling di pasar-pasar saja, dan Alhamdulillah hasil dari jualan tersebut bisa aku gunakan untuk menyewa kios disini”.
“wahh kamu hebat Velisa, bisa menjadikan usaha kecil menjadi besar begini!”
“tidak ada yang tidak mungkin selama kita berusaha Oliv, awalnya aku juga ragu namun ibu Muslimah dan anak panti yang lain selau menyemangatiku. Aku juga berfikir kalau nanti aku menyerah bagaimana dengan nasib Panti Asuhan yang terancam tutup ini?”
“terancam tutup?”
‘iya Panti Asuhan kami memang kecil dan jarang dipandang oleh Donatur-donatur dari luar sehingga kita harus memanfaatkan apa yang ada dengan sebaik-baiknya”.
“aku benar-benar kagum padamu Velisa”
“kagum..?” velisapun tertawa
“aku bukan orang hebat/artis terkenal Oliv, untuk apa kau mengagumiku?, hahaha kamu ini lucu!”
Sesaat kami pun terdiam
“oh iya, ngomong-ngomong bagaimana dengan sekolahmu sekarang?” tanyanya memecah keheningan.
“biasa aja” jawabku
“biasa bagaimana?”
“ya begitu tidak ada yang menarik”
“hmm.. pastikan banyak suasana baru dan teman baru juga!”
iya memang, aku punya sahabat disana namanya marsya dia anaknya baik, kapan-kapan aku kenalin deh”
“ohh boleh-boleh seklian nambah teman”
“oke”.
Aku mengobrol banyak dengan Velisa sampai tidak terasa hari pun sudah sore.
“sudah sore, sepertinya aku harus pulang”
“ohh ya sudah, sering-sering main kesini yaa?”
“pasti, oh yaa boleh tidak aku minta Alamat panti asuhan tempat kamu tinggal?”
“tentu”
Velisa mengambil sesobek kertas dan pulpen kemudian menuliskan alamat dan memberikannya padaku.
“terima kasih, aku pulang dulu ya!”
“iya hati-hati di jalan”
“tentu, Assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Pagi ini aku berangkat sekolah seperti biasa dengan mengendarai motorku. Aku bercerita kapada Marsya tentang kejadian kemarin, kalau aku bertemu dengan Velisa serta sudah mendapatkan alamat panti asuhan tempat Velisa tinggal.
Aku dan Marsya mempunyai rencana bahwa ingin mengusulkan acara pentas seni serta bakti sosial pada saat acara hari ulang tahun sekolah 1 bulan lagi. Kemudian kami pun mengusulkannya kepada ketua osis dan ketua osis pun setuju untuk menyampaikannya kepada bapak kepala sekolah. Jadi hanya tinggal menunggu keputusan dari kepala sekolah. Dan tampaknya kepala sekolah pun setuju dengan ide kami. Karena acara ini sangat bermanfaat selain dapat membantu orang lain namun juga akan mengangkat nama baik sekolah dan sekolah akan di pndang baik oleh masyarakat, karena siswa-siswi SMA Nusa Bangsa masih peduli tehadap masyarakat kurang mampu dan dapat berperan aktif dalam kegiatan bakti sosial.
1 bulan telah berlalu, dimana hari ulang tahun SMA Nusa Bangsa pun semakin dekat. Semua anggota osis sibuk mempersiapkannya seluruh siswa-siswi SMA Nusa Bangsa diwajibkan untuk ikut berpartisipasi dengan membayar sebesar Rp. 20.000 rupiah dimana uang tesebut akan di gunakan untuk mengundang bintang tamu untuk memeriahkan acara tersebut. Agar masyarakat tertarik untuk menyaksikan acara ini semua Ekstrakulikuler juga akan ditampilkan sebagai pengisi acara. Di samping itu bapak kepala sekolah juga telah menyediakan tiket masuk untuk orang luar (bukan warga SMA Nusa Bangsa) dengan harga Rp. 15.000 per tiket. Dimana hasil dari penjualan tiket tersebut akan di gunakan untuk membantu panti asuhan kasih bunda.
Acara yang ditunggu-tunggupun telah tiba sekolah mengundang SID sebagai bintang tamu dan ternyata banyak yang tertarik untuk menyaksikan penampilan dari SID terutama para fans-fansnya. Tiket juga terjual habis, acara pensi sekolah serta bakti sosial berjalan dengan sukses dan lancar. Dan dana untuk membantu panti asyhan kasih bunda juga telah terkumpul.
Keesokan harinya kepala sekolah SMA Nusa Bangsa didamping oleh waka kesiswaan serta ketua osis mengunjungi panti asuhan Kasih Bunda. Aku dan Marsya juga diajak karena kami yang telah mengusulakan ide ini. Sekaligus yang mengerti dimana tempat panti asuhan kasih bunda.
Kami pun tiba di halaman panti asuhan tersebut. Sebuah rumah putih yang tidak begitu besar namun sangat nyaman. Halamannya memang cukup luas di Tanami oleh berbagai macam bunga-bunga. Dan disana ada sebuah papan yang bertuliskan Panti Asuhan Kasih Bunda.
Seorang ibu berusia kira-kira 40 tahunan menyambut kami, sepertinya beliau yang bernama ibu Muslimah.
“assalamualaikum” pak Deni kepala sekolah kami memulai pembicaraan
“waalaikumsalam, mari silakan masuk” jawab ibu tadi, beliau mempersilakan kami untuk duduk di ruang tamu.
“maaf ibu sebelumnya, saya pak deni kepala sekolah dari SMA Nusa Bangsa. Kalau boleh saya tahu apa benar ibu pengurus panti asuhan ini?”
“iya pak benar, saya ibu Muslimah sebelumnya ada keperluan apa sehingga membuat bapak datang kemari?”
“begini bu, kami warga SMA Nusa Bangsa menyelenggaraka acara bakti sosial yang di adakan kemarin. Acara ini sengaja kami adakan untuk membantu masyarakat kurang mampu. Yang kebetulan anak didik kami mengusulkan untuk memberikan dana dari Acara bakti sosial kepada panti asuhan ini, mungkin jumlahnya tidak banyak tetapi mohon ibu terima.”
Pak Deni memberikan amplob berwarna coklat kepada ibu Muslimah. Seketika bu Muslimahp un meneteskan air mata menerima amplop tersebut.
“maaf, ibu tidak apa-apa”
“tidak pak saya hanya terharu, karena selama ini belum pernah ada donator yang melihat bahkan membantu Panti Asuhan ini”
“semoga uang ini bermanfaat bagi ibu”
“terima kasih pak”
“kalau begitu saya ijin untuk pamit karena tidak dapat berlama-lama disini”
“sekali lagi terima kasih pak”
“sama-sama ibu, Assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Kemudian kami pun kembali unuk ke sekolah. Aku melihat Velisa tersenyum padaku sebelum mengampiri ibu Muslimah.
Terimakasih Velisa karena selama ini mengajariku Arti Hidup. Sekarang aku mengerti, Seburuk apapun hujan masih akan ada pelangi setelahnya.
Cerpen Karangan: Dian Permata Sari

Impian Anak Pemulung

“pak ni minum dulu” aku menyodorkan minum untuk bapaknya yang sedang asik meremukan kaleng-kaleng bekas yang kami cari. Bapak menerima minuman yang ku sodorkan tanpa berkata-kata. Mungkin karena bapak sedang lelah jadi dia tidak terlalu meresponku pikirku dalam hati.
Inilah pekerjaanku dan ayahku untuk menyambung hidup kami. Terpaksa pekerjaan ini yang harus kami jalani setelah ayah diPHK dari perusaanya dan ditambah lagi harta kami habis untuk pengobatan ibuku yang sedang sakit keras. Dan imbasnya aku pun juga harus putus sekolah karena bapak tidak sanggup lagi membayar uang sekolahku. Namun aku tidak kecewa karena aku tahu pasti tuhan memiliki rencana yang indah dibalik kejatuhan kami dan cita-citaku juga tidak terlalu tinggi aku hanya ingin menjadi seorang pemain sepak bola.
Setelah lama beristirahat bapak mengajakku untuk melanjutkan mencari ujung tombak penyambung hidup kami. Tapi aku tidak merespon kareena perhatianku tertuju melihat anak-anak yang sedang asik bermain bola di lapangan yang ada di hadapan kami. Melihat aku yang termenung bapak pun memukul pundakku sambil bertanya padaku “kamu ingin bermain bola nak?, main saja sana biar bapak yang melanjutkan pekerjaan ini” kata bapak sambil merangkul pundakku. Aku sangat kegirangan bukan main karena aku di izinkan bapak “aku janji pak bakal pulang malam-malam” teriakku sambil berlari kelapangan untuk menghampiri orang-orang yang sedang bermain tersebut.
Sesampainya di tengah lapangan semua orang yang ada di sana terdiam sejenak melihat kehadiran ku dan mereka melihat dengan seksama dari ujung kaki sampai ujung kepalaku. Mungkin mereka heran melihat pakaianku yang compang-camping. Awalnya aku merasa takut melihat pandangan mereka kepadaku namun, aku beranikan diri untuk memperkenalkan diri dan meminta mereka untuk mengizinkan aku bergabung dengan mereka. Tapi ternayata yang ku pikirkan berbanding terbalik dengan yang kelihatan. Mereka sangat ramah terhadapku dan mereka pun menyalamiku sambil memperkenalkan diri mereka masing-masing. Namun tiba-tiba seorang anak menghampiriku “Eh gembel, mendingan lu pergi dari sini, orang kayak lo gak pantas gabung sama kita-kita” mendengar perkataan itu aku tertunduk leseh tapi untunglah temanku yang lain berpihak kepadaku dan salah satu dari mereka membisikan sesuatu Doni namanya “sudahlah, jangan masukan ke hati omongan rio dia memang agak sombong. mungkin karena dia baru-baru ini diterima masuk timnas. Kamu boleh kok gabung sama kita-kita” melihat perbincangan kami yang terlalu lama rio kembali membentaku dan dia memberiku tantanga jugling mengitari satu lapangan dan jika aku menang barulah aku boleh bergabung dengan mereka. Awalnya aku hanya terdiam namun melihat teman-temanku yang lain terus memotivasiku semangatku jadi meningkat kembali dan aku pun menerima tantangan Rio.
Saat pertandingan kami sedang berlangsung tiba-tiba Rio terjatuh meringis kesakitan mungkin karena permukaan lapangan yang tidak stabil membuat dia terjatuh. Aku dan teman-temanku pun berlari menghampiri rio. Aku yang bermaksud membantu dia namun rio malah membentak dan mendorongku “Eh gembel, jangan dekat-dekatin tangan lo sama gue ntar gue malah terkena bakteri-bakteri yang ada di tangan lo lagi” mendengar rio yang berkata seperti itu teman-temanya pun menjadi emosi namun aku berusaha meredakan amarah mereka dan meminta mereka menggotong Rio ke pinggir lapangan.
Setelah menggotong rio ke luar lapangan kami pun bermain bola setelah sekitar 1 jam lama bermain kami pun beristirahat. Saat beristirahat teman-teman baruku banyak yang menanyakan tentang kehidupanku dan juga memuji permainanku. Aku hanya bisa tersenyum merespon pujian mereka. Melihat teman-temanku yang terus memujiku tiba-tiba rio berteriak “udah lah, ngapain kalian muji anak gembel ini mendingan dia muji gue yang jelas sudah menjadi pemain timnas” dengan sombongnya.
Mendengar perkataan itu teman-temanya mengajakku untuk pulang meninggalka rio. Melihat teman-temanya meninggalkannya rio berteriak agar mereka kembali namun satu orang pun tidak menghiraukan teriakan dia. Dalam perjalana pulang kami saling bercanda gurau satu dengan yang lainya dan banyak membahas tentang kesombongan rio.
Setelah sampai di perempatan kami pun berpisah karena rumah mereka berlawanan arah dengan gubuk ku. Sebelum kami berpisah mereka menyalamiku dan meminta aku datang kembali esok hari. Aku menyaggupi permintaan mereka setelah sampai di rumah aku memberi salam pada kedua orangtuaku dan bergegas untuk mandi. menghampiri bapaku dan memberikan kopi yang ku buat bapakku pun menanyakan bagaimana respon mereka denganku. Aku menceritakan semua yang aku alami bersama mereka tadi termasuk rio yang membenciku.
Sedang asik berbicara aku melihat bapak serius melihatku setelah ku perhatikan dengan baik ternyata bapak melihat kakiku yang luka-luka karena memang aku tidak mempunyai sepatu untuk berrmain dan aku pun tadi bermain dengan kaki ayam. Ayah pun memelukku “maafkan bapak ya nak, bapak belum bisa membelikan sepatu bola untukmu. bapak memang ayah yang tidak bisa kamu andalkan…” melihat bapak yang berkata seperti itu aku langsung memotong pembicaraan bapak “tidak apa-apa pak, sepatu bola itu bukan menjadi kebutuhanku. Toh… tanpa sepatu bola aku masih bisa bermain. Yang terpenting sekarang hanyalah kesembuhan ibu” mendengar perkataan aku bapak kembali memelukku sambil mencium keningku.
Aku coba meminta izin agar aku diperbolehakan berlatih bola dan hanya membantu dia hanya setengah hari. ternyata bapak mengizinkan ku aku pun bersorak kegirangan sampai-sampai ibu terbangun dari tidurnya karena mendengar suara ku yang terlalu keras.
Keesokan paginya aku kembali membantu bapak mencari kaleng-kaleng bekas dan saat jam 2 aku berpamitan kepada bapak untuk bermain bola ke lapangan. Begitulah kegiatan rutinku selama sebulan ini.
Saat kami sedang beristirahat fahrid menegurku “besok kamu ikut kami pergi ya” “kemana” tanyaku kebinggungan. “kami telah mendaftarkan mu untuk seleksi timnas tahap 2 besok” jawabnya dengan lugas. Aku hanya temenung sepatu gak punya bagaimana bisa ikut seleksi fikirku dalam hati. Melihat aku yang termenung fahrid menyadarkanku dan bertanya yang sedang aku fikirkan. Aku pun menceritakan semua kendalaku kepada mereka tiba-tiba dengan serentak mereka menyodorkan sepatu mereka kehadapanku. ”Terima kasih kawan” kataku kepada mereka semua.
Setelah ku coba satu persatu sepatu mereka tidak ada satu pun sepatu mereka yang muat ke kakiku. Aku pun hanya bisa tertunduk lesu fahrid merangkul pundaku dan mencoba menghiiburku. “mungkin belum saatnya aku masuk dalam timnas kawan, terima kasih ya atas dukungan kalian” kataku dengan penuh ketegaran. “mau ada sepatu pun mana mungkin anak gembel ini bisa masuk timnas kayak gue” melihat perkataan rio yang seperti itu teman-temanya pun terbakar emosi dan kali ini aku tidak mampu meredam amarah mereka. ”Wei rio, jangan sombong lu, mulut lu bisa jadi senjata pembunuh lu ntar. kami yakin besok dia bakal bisa ikut seleksi walaupun tanpa sepatu” bentakan fahrid kepada rio. Mereka pun mengajak aku meninggalkan rio.
Saat di perjalanan pulang teman-temanku pun terus menyemangatiku dan memintaku tetap untuk datang menghadiri seleksi jam 9 pagi besok. Aku memaksakan untuk tersenyum untuk menghargai semangat yang mereka berikan padaku. Saat di persimpangan kami pun berpisah tapi kali ini aku tidak langsung pulang. Aku duduk di atas kursi batu yang ada di tepi jalan tersebut sambil merenung. ”Ya tuhan, apakan engkau memang tidak mengiziinkan ku untuk mengikuti seleksi tersebut, tapi mengapa tuhan…” sambil aku bersungut-sungut. Tiba-tiba perhatianku tertuju kepada rio dia tidak sadar bahwa ia telah berjalan terlalu ke tengah dan ada mobil di belakangnya.
Tanpa fikir panjang lagi aku langsung menghidupkan mesin kudaku dan berlari sekencang mungkin ke arah rio dan aku pun langsung mendorong dia dan tabrakan pun dapat dihindarkan. Melihat kejadian tersebu sontak rio langsung terkejut dan terdiam sejenak. Tiba-tiba rio memelukku dan meminta maaf atas semua perbuatannya kepadaku. ”Tidak apa rio sebelum lu minta maaf gue udah maafin lu kok”. Rio langsung menyodorkan sepatunya kepada ku aku pun sontak tidak percaya “serius ni rio, lu gak becanda kan?” tanyaku tidak percaya. “udah lu coba dulu, pasti muat buat lu tuh sepatu”. Aku pun langsung mencobanya dan ternyata benar sepatu itu muat di kakiku. Aku langsung bersorak kegirangan dan masih tidak percaya “lu harus janji ya sama gue, kita berdua harus masuk skuat utama dan membawa nama indonesia ke mata dunia”. Aku tersenyum kepadanya dan berlari meninggalkan rio untuk memberitahukan berita ini kepada orangtuaku.
Dengan nafas terengah-engah aku memberitahukan hal yang menggembirakan ini. “kenapa kamu nak, seperti habis dikejar anjing saja, tenangkan dirimu dan katakan apa yang terjadi” bapak terkejut melihatku. Aku mengambil minum dan membicarakan apa yang telah terjadi. “Ini kesempatan yang bagus untuk mewujudkan mimpimu. Berikan penampilan terbaikmu nak, jangan kecewakan orangtuamu apalagi teman-temanmu yang sangat mensupport kamu”. Aku berjanji pak jawabku dengan penuh keyakinan.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali aku berpamitan kepada orangtuaku untuk pergi ke lapangan aku tidak membantu bapak karena seleksi dimulai jam 9 pagi. Setelah sampai di lapangan semua temanku heran karena aku memakai sepatu pemberian rio. Kami hanya bisa tersenyum melihat kebinggungan mereka. “sudahlah, mari kita pergi nanti terlambat lagi” potongku yang masih melihat kebinggungan mereka. Sesampainya di stadion GBK sebelum masuk untuk seleksi. kami berdoa bersama agar semuanya berjalan dengan baik.
2 hari kemudian kami kembali ke stadion untuk menghadiri penggumuman siapa saja yang akan masuk dalam skuat timnaas. Dan kali ini aku mengajak bapaku setelah lama menunggu akhirnya tibalah saat-saat yang mendebarkan penggumuman nama-nama pun dibacakan betapa girangnya kami ketika mendengar nama aku dan rio masuk dalam skuat timnas indonesia.
“ini baru awal, perjalanan masih panjang, ingatlah anak-anak saat kalian menjadi orang yang besar nanti jangan melupakan orang-orang yang telah mensupport kalian menjadi orang sebesar ini”. Bapak memberi nasehat kepada kami. Dan perjalanaku dalam timnas indonesia pun dimulai aku dan rio menjadi ujung tombak kemenangan indonesia. Dan pada akhirnya impian masyarakat indonesia untuk melihat garuda berlaga di piala dunia pun terwujudkan dan berkat pencapaian ini aku dan rio dikontrak salah satu tim besar di liga inggris.
Sekarang kehidupanku berubah 360 derajat. Gubukku sekarang sudah menjadi istana yang sangat megah aku juga bisa membiayai pengobatan ibuku hingga sembuh intinya kehidupaanku sekarang sudah lebih dari berkecukupan sampai sekarang pun aku menganggap ini masih seperti mimpi seorang anak pemulung bisa menjadi bintang dunia.
Cerpen Karangan: Gleam Pratama
Facebook: Gleam Pratama

Hanya Harapanku Semata

Dimanakah Kau Ada – Ratu, Salah satu lagu yang masih bertahan selama tujuh tahun ada di handphone, laptop dan pikiranku yang setiap hari ku nyanyikan di rumah, kamar mandi atau pun di jalan raya saat aku mengendarai sepeda motor. Lagu yang memliki arti mendalam bagi ku. Lagu yang menjadi perwakilan isi jeritan hatiku selama bertahun-tahun. Menemani hari-hariku mencari-cari seseorang yang ku harapkan selama ini. Seseorang yang masih tertambat dan tidak kuasa ku melepasnya dari hati dan pikiranku.
Aku masih mengharapkannya, walau aku tak tahu dia berada dimana. Tapi hati ku sangat mengharapkan dia. Entah mengapa aku masih mengharapkannya, aku masih mencari jawaban mengapa aku mengharapkannya. Tapi tetap tak ada jawaban yang ada aku selalu berharap dan menunggu dia datang.
Aku terus mencari dan mencari dia berharap bisa bertemu dengannya. Aku mencarinya dengan segenap hati ku tapi tak pernah ku bertemu denganmu. Setiap tempat yang ku datangi ku beharap bisa bertemu dengan mu. Tapi tak pernah ku dapati dirinya yang ada hanya kenangan yang berputar di memory ku. Kenangan yang membuatku bertahan dan masih mengharapkannya. Aku masih mengingat kenangan saat bersamanya. Walau sudah tujuh tahun berlalu tapi hati ku masih mengharapkan mu. Walau awal SMP aku mulai menyukaimu, walau orang bilang itu cinta monyet yang akan cepat hilang dan terlupakan. Tapi tidak bagi ku, aku tidak melepas dan melupakanya. Aku ingat saat itu aku SD kelas 6, aku dan teman ku hendak masuk kelas untuk mengambil air mineral karena haus habis olahraga. Tapi teman ku memutuskan untuk menunggu ku di luar kelas.
“mi, aku tunggu kamu disini yah, kamu masuk kelas saja”
“lah kamu tidak ambil minum vi”
“tidak nanti saja deh, aku mau beli es aja di kantin”
Avi pun duduk di teras depan kelas dan aku pun masuk kelas. Tapi terkejutnya aku di dalam kelas ada dedik di kelas sendirian ternyata dia tidak ikut pelajaran olahraga, dedik saat itu berdiri di dekat jendela yang kebetulan jendela kelas dekat dengan bangku ku, saat aku akan mengambil air mineral, tiba-tiba air mineral ku diambil dedik aku pun terkejut. Aku takut dia mau menjaili diriku seperti teman-teman cowok di kelas ku tapi kemudian air mineral ku yang dibawa dedik diserahkannya kepadaku. Aku binggung dan hanya mengucapkan terima kasih kepadanya dan kemudian aku berlalu pergi menemui teman ku Avi.
Saat aku pulang sendirian dia mengajakku pulang bersama naik sepeda mininya, tapi aku menolaknya tawarannya. Dan dedik adalah cowok pertama yang datang ke rumah ku pada malam hari, tak pernah ku sangka dia berani datang ke rumah walau alasanya hanya meminta kayu untuk pigora peta kelompok.
Pernah sekali dedik dihukum karena dia tidak bisa menjawab pertanyaan kemudian dia disuruh pak guru maju untuk menerima hukuman, tapi hukumannya Cuma disuruh mengatakan sesuatu kepada cewek yang dia sukai di kelas, kemudian dia memanggil nama ku dan bilang “umi, ayuk nanti pulang sekolah bersama” karena malu aku hanya bisa menutup mata ku. Lucu bila mengingat kenangan itu, tapi sekaligus menguatkan rasa suka ku padanya. Aku tak tahu apa itu hanya permainan dia saja atau hanya bercandaan anak SD. Tapi aku tak bisa melupakannya sampai saat ini.
Setelah perpisahan sekolah aku tak pernah bertemu dengannya lagi yang ku ingat senyuman terakhirnya untuk ku setelah ujian tes masuk sekolah SMP.
Mungkin ini yang dinamakan cinta datang terlambat, seperti lagunya maudy ayunda yang juga nempel terus di mp3 HP ku. Karena aku menyadari aku suka dedik, dan aku menyesal dulu tak menghiraukannya. Tapi apalah dikata aku terlalu pemalu dan penakut untuk memulai atau menerima hal baru di hidupku.
Suatu hari, entah itu keajaiban atau keberuntungan ku. aku tak pernah membayangkan dia dia datang ke tempat kerja ku. Awalnya ku kira dia datang untuk menemui ku, tapi ternyata dia hanya ingin meminta surat sehat pada dokter ku. Kecewa, tapi seneng bisa bertemu dengannya lagi dan berbicara dengannya. Saat itu bagaikan terbang ke langit biru. Aku benar-benar takut salah tingkah, tapi aku tetap berusaha jaga image di depannya. Aku dan dia berbicara hanya sebentar kemudian dokter ku pun datang. Dan kata-kata terakhir hanyalah “sukses yah buat kamu dik” dan dia juga bilang “sukses juga buat kamu”. Emmm aku tak memiliki keberanian banyak untuk meminta nomor handphonenya. Padahal itu mungkin kesempatan terakhir ku bertemu dengannya. Tapi aku malah pasrah dan membiarkan dia pergi lagi. Bodoh memang aku terlalu pemalu, tapi nasi sudah jadi bubur tak mungkin jadi nasi lagi dan akhirnya pun aku hanya bisa melihatnya pergi.
Waktu pun berlalu dan aku pindah rumah serta pindah tempat kerja. Dan aku kehilangan jejaknya lagi dan hanya bisa berharap lagi. Tapi aku terus mencarinya tapi tak pernah ketemu, ku cari facebook, twitternya tapi tak pernah ku dapatkan. Dan akhirnya jalan satunya tanya teman SD ku yang bertetangga dengannya. Aku pun menanyakan kabarnya kepada david. Dedik sekarang dimana, kerja atau kuliah, sudah pun pacar atau belum. Dan aku mendapatkan informasi yang mengejutkan, dia sekarang sedang menempuh pendidikan kepolisian dan dia juga sudah punya pacar. Mendengar kabar kalau dia memiliki pacar, pupus sudah harapan ku. Ternyata selama ini hanya harapan ku semata. Biarlah kenangan dan rasa suka ku ini ku simpan sendiri. Walau pahit tapi ini kenyataan yang harus kuterima bahwa selama ini hanya harapan ku semata.
Cerpen Karangan: Siti Umi Khasanah
Facebook: https://www.facebook.com/umi.khasanah.52

Tak Seharusnya Cinta Menyakiti

“Aku benar-benar menyukaimu.” ucapnya membuatku tersipu malu. “Perasaanmu sendiri gimana?” tanyanya lagi menatap tajam mataku. Aku hanya terdiam seakan tak sanggup berkata apa-apa. Aku juga menyukainya, namun bibirku seakan membisu di hadapannya.
“Ratna…” serunya memanggilku.
“Hahh?” kagetku memalingkan tubuhku ke arahnya.
“Kamu kenapa diam saja, perasaanmu ke aku gimana?” matanya begitu penuh harapan, membuat jantungku berdetak lebih kencang.
“Eemmtt… aku… sebenarnya, juga menyukaimu.” ucapku lirih. “Tapi… aku mau nya, kita selesaiin kuliah kita dulu. Terus kamu ketemu sama orangtuaku, melamarku.”
“Iya, aku akan lakuin itu buat kamu!” tegasnya sembari tersenyum lebar.
Hatiku merasa berbunga-bunga, seakan tempat ini berubah menjadi taman bunga yang hanya ada aku dengannya berada di taman bunga ini.
Dika selalu memberiku kejutan, seringkali dia memberiku perhatian kecil di hadapan teman-temannya. Tanpa rasa canggung lagi, dia memperlakukanku dengan sangat romantis. Dan tak menghiraukan candaan dari teman-temannya yang selalu menggodaku.
Beberapa hari sudah, aku selalu disibukkan dengan segala tugas kuliah. Tak ada waktu untukku sekedar pergi jalan bareng dengannya. Seringkali aku menerima inboxnya melalui handphone ingin jalan berdua. Namun aku tak menghiraukannya, karena pikiranku masih fokus dengan segudang tugas kuliahku. Setiap bertemu di kampus pun, kami juga jadi jarang ngobrol bersama. Aku hanya berharap dia bisa memahami keadaanku saat ini.
Usai sudah semua tugas kuliahku, handuk putih masih melilit rambutku yang basah. Lega rasanya sudah kelar semuanya. Terlintas wajah Dika di benakku, dengan senyum manisnya. Tanganku meraih handphone yang masih tergeletak di atas kasur. Dan mengiriminya pesan, ingin mengajaknya untuk jalan-jalan. Namun senyumanku seakan runtuh terkena badai, saat dia mengatakan tidak bisa pergi denganku karena tugasnya yang sangat banyak.
Dika masih sibuk di depan layar laptopnya di laboratorium multimedia. Aku putuskan untuk menunggunya, hingga dia menyelesaikan tugas kuliahnya. Satu jam sudah berlalu, tapi dia masih belum keluar juga. Aku menengoknya dari balik jendela ruang laboratorium, kedua matanya masih sibuk memandangi layar laptopnya. Aku kembali duduk sambil memandangi jam tanganku, yang terus berjalan. Terasa lama sekali menunggunya dari balik dinding, tapi entah kenapa rasanya aku ingin tetap menunggunya hingga dia usai.
Dua jam sudah berlalu, aku mendengar suara langkah kaki mendekatiku. Aku menengok ke arah suara langkah kaki itu berjalan. Ternyata aku mendapati sosok Dika, sudah berdiri tepat di depanku.
“Kamu kenapa masih nungguin aku? Tadi aku kan udah inbox, nyuruh kamu pulang duluan.”
“Kalau aku pulang duluan, terus kapan kita bisa jalan bareng!” ketusku mendengar ucapannya, bukan datang dengan senyuman malah memberiku ekspresi marah. “Waktu kamu pengen ngajak jalan, aku sibuk. Sekarang giliran aku bisa, kamunya yang mulai sibuk. Terus kapan kita jalan bareng?” gerutuku.
“Iya, tapi kamu kan nggak harus nunggu aku selama ini juga. Kamu bisa pulang duluan.” tukasnya melototkan matanya ke arahku.
“Kamu kesini mau ngajak jalan bareng, atau mau marah-marah sih?” seruku karena sikapnya yang semakin menyebalkan. “Kalau kamu kesini cuma buat marah-marah, aku pulang aja deh! Percuma juga nungguin kamu!” ketusku melangkahkan kakiku pergi.
“Hey… tunggu donk!” teriaknya menyusulku, aku pun menghentikan langkah kakiku. “Kamu kenapa sih? Kok malah jadi ngambek?” ia meraih tanganku dan menggenggamnya.
“Habisnya kamu nyebelin banget sih, aku tuh dari tadi nungguin kamu. Supaya kita bisa jalan bareng. Tapi kamu malah marah-marah sama aku.”
“Iya aku minta maaf.” ucapnya sembari tersenyum memandangku. “Duduk disana yuk?” tunjuknya ke arah kursi yang ada di taman kampus.
Hatiku seakan terkena reruntuhan tebing, saat mendengar dia mengatakan akan pergi sementara waktu untuk pulang ke rumahnya di luar kota. Itu artinya aku tidak akan bertemu dengannya, meskipun cuma beberapa hari. Tapi tetap saja aku akan sangat merindukan dia, padahal baru saja kita bisa duduk berdua setelah kita sibuk dengan kesibukan masing-masing. Tapi mau nggak mau aku harus merelakan dia pulang untuk sementara waktu.
Beberapa hari sudah aku tak bertemu dengannya, tak ada lagi senyumannya yang aku lihat. Tak ada lagi lalu lalangnya yang selalu berjalan di sampingku setiap melewati koridor kampus. Aku sungguh merindukannya, kembali menemaniku.
Aku masih asyik mengunyah makanan di depanku bersama Tio teman sekelasku di kantin kampus. Betapa kagetnya aku melihat sosok lelaki yang berjalan di depanku. Aku jadi tersedak menelan makananku, Tio segera menyodorkan minuman untuk mengobati sedakku. Segera aku meraihnya dan meneguk segelas air putih yang disodorkan Tio.
“Tio aku duluan ya?” pamitku meninggalkan Tio yang masih duduk mengunyah makanannya.
Aku segera berlari menghampiri lelaki yang melintas di depanku sewaktu di kantin. Ternyata benar dugaanku bahwa itu adalah Dika, tapi kenapa dia tidak mengabariku kalau sudah kembali lagi kesini. Pikiranku dipenuhi dengan segala kecurigaan terhadapnya. Segera aku bergegas menghampirinya dan duduk di sampingnya.
“Selamat ya… selamat ya… selamat menempuh hidup baru.” ucap beberapa teman-temannya menyodorkan tangannya ke arah Dika bersalaman.
Pikiranku di penuhi dengan segudang pertanyaan dan rasa penasaran. Aku belum menikah dengannya, hanya baru merencanakan niat pernikahan usai lulus kuliah. Tapi kenapa semua teman-temannya mengucapkan selamat padanya.
“Dika, ini kenapa sih? Kita kan belum nikah, tapi kenapa mereka mengucapkan selamat sama kamu?” Dika hanya terdiam menundukkan kepalanya.
“Halo, kamu nggak tau ya? Dia kan sudah nikah.” sahut salah satu temannya yang duduk di sampingnya.
“Nikah!!!” kagetku memelototkan mataku. “Sama siapa?”
“Ya sama istrinya lah.” sahut temannya lagi.
“Apa!!!” teriakku memecahkan suasana, membuat semua sorot mata memandang ke arahku. Dika masih terdiam tak mengucapkan satu patah kata pun untuk memberiku penjelasan.
“Dika, dia siapa sih?” tanya temannya kepada Dika, namun tak disahut olehnya.
Rasanya hatiku semakin sakit, terkena reruntuhan yang mengguncang hatiku. Aku segera beranjak dari tempat dudukku melangkahkan kakiku pergi dari tempat itu. Aku terus berlari tanpa menoleh ke belakang. Air mataku terus menetes semakin deras. Langkah kaki ku terhenti di bawah pohon rindang di taman. Aku tak pernah menyangka kalau Dika bakalan tega melakukan ini padaku. Dia menghancurkan semua mimpi ku hidup bersamanya, untuk menikah dengan gadis yang lain. Air mataku terus menetes seakan tak percaya bahwa kini harapan dan impian ku bisa hidup bersama orang yang ku sukai telah sirna.
Pagi ini aku bertemu dengannya di kampus, namun tak sanggup aku melihat wajahnya. Aku terus berjalan melewatinya, berpura-pura seakan tak melihatnya. Hatiku masih sangat sakit dengan apa yang telah terjadi. Setiap kali aku melihatnya, rasanya luka itu semakin terbuka lebar.
“Ratna! Tunggu!!!” teriak Dika memanggilku, aku masih terus berjalan berpura-pura tak mendengar panggilannya. “Hey, kamu kenapa sih?” Dika meraih tanganku berdiri tepat di depanku. Mataku berpapasan dengan matanya. Seketika aku nenundukkan kepalaku, tak mampu melihat wajahnya.
“Dengerin penjelasanku dulu.” ucapnya menatap lekat mataku.
“Kamu mau ngomong apa lagi, semua sudah jelas bukan!” ketusku. “Kamu menghancurkan harapanku untuk hidup bersamamu, dengan kamu menikahi orang lain.” ucapku lirih, mataku mulai berkaca-kaca.
“Aku lakuin ini karena terpaksa, aku sungguh nggak tau apa-apa. Aku pulang ke rumah, semua persiapan untuk acara pernikahan sudah disiapkan.” ujarnya.
“Tapi kamu kan bisa mengelaknya!”
“Bagaimana bisa aku mengelak? nama kedua orangtuaku dipertaruhkan. Aku nggak ingin mempermalukan kedua orangtuaku di hadapan orang banyak.” tukasnya lagi. Meruntuhkan hatiku semakin dalam, apakah ini yang ingin dia berikan padaku.
“Lalu perasaanku gimana? Apa kamu nggak memikirkan tentang perasaanku!” seruku meneteskan air mata. Hatiku semakin sakit mendengar penjelasannya. Sedikitpun ia tak pernah memikirkan tentang perasaanku. Ia hanya memikirkan tentang perasaannya dan orangtuanya, tanpa coba memikirkan perasaanku yang tersakiti olehnya.
“Bukannya gitu, tapi…” ia menundukkan kepalanya dan terdiam.
“Udahlah!!! Urus aja urusanmu sendiri dengan istrimu, jangan lagi ganggu aku ataupun muncul di hadapanku! Semoga kamu bahagia.” teriakku sembari meneteskan air mata. Berlari meninggalkan dia.
“Bagaimana aku bisa bahagia!” teriaknya, terdengar jelas di telingaku yang berlari meninggalkan dia.
Aku tak pernah menyangka kalau dia akan melakukan ini kepadaku. Dia datang untuk mencintaiku, namun dia pergi untuk menikahi gadis lain. Lalu apa artinya aku bagi hidupnya, sedikitpun ia tidak mencoba mempertahankan aku sebagai kekasihnya yang juga mempunyai impian untuk menikah. Sakit ini terasa sekali di hatiku, tak seharusnya cinta itu menyakiti. Sirna sudah semua impianku untuk hidup bersamanya. Kini aku hanya tinggal sendiri berteman dengan cinta yang melukaiku. Meninggalkan bekas luka yang sangat menyakitkan di dalam hatiku.

Hantu Kemamang

Tegal, siapa yang gak tau kota tegal. Kota yang terkenal dengan jawa medoknya, ya. Dan disinilah kota tempat lima anak ini tinggal, Rono, caul, moso, indun dan dedy. Tepatnya desa pagerbarang, desa yang belum terlalu tersentuh modernisasi jaman dimana jangkrik atau genggong, biasa mereka menyebutnya, masih menjadi mainan yang asik buat mereka. Apalagi musim hujan seperti ini. Genggong pada keluar untuk mencari pasangannya.
“Mau kemana kamu ron?” tanya ibunya rono yang lagi menjahit celana rono yang sobek tersangkut paku siang tadi.
“Mau nyari genggong mak” jawabnya sambil mengambil senter di atas meja.
“Ati-ati ron lagi musim hujan. Mamak takut nanti kamu ketemu hantu kemamang” ucapnya cemas.
“Ah mamak ini, nakut-nakutin aku saja” ucapnya sambil membuka pintu “assalamualaikum” lanjutnya lalu segera berlalu dan menyusul teman-temannya yang sudah duluan ngumpul di gapura desa. Tempat biasa mereka ngumpul dan nongkrong-nongkrong.
Rono emang terkenal yang paling penakut di antara semua anak pagerbarang. Selama perjalanan dari rumah sampai gapura desa entah sudah berapa kali bulu kuduknya naik turun. Apalagi setelah ditakut-takuti sama ibunya.
“Muka kamu kenapa Dhong?” tanya caul begitu melihat muka rono yang ketakutan sambil jalan setengah lari ke arah mereka nongkrong. bodhong adalah julukan rono dari teman-temannya.
“Paling juga ketakutan gara-gara lihat daun pisang yang goyang ditiup angin” ejek dedy sok tau. Tapi memang bener sih.
“Hiiii…” rono segera duduk di tengah mereka sambil bergidik ingat ucapan ibunya. “Bener gak sih kalau musim hujan kayak gini, hantu kemamang suka pada keluar buat nyari mangsa?”.
“Iya, dan hantu kemamang paling demen mangsa orang macam kamu” ucap caul menakut-nakutinya.
“Bener tuh kata caul” ucap moso mendukung caul. “Kemamang itu paling demen sama orang penakut yang item, kurus dan jelek. Yaaa yang sejenis kamu lah”.
“hahahaha…” tawa temen-temen rono meledak bersamaan. Sedang rono hanya manyun.
Hantu kemamang adalah hantu kepala yang terbang dengan usus yang menggantung di kepalanya tanpa ada badannya dan dia menyala seperti api. Cerita dari turun temurun kalau musim hujan seperti ini dia sering keluar untuk mencari mangsa. Tapi selama ini sih belum ada manusia yang menjadi korban. Dia hanya memangsa binatang ternak. Hantu kemamang menelan mangsanya bulat-bulat dan akan keluar jadi bangkai. Hantu kemamang akan mati jika disiram lumpur.
Malam ini cuaca cukup sejuk. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Tapi juga langitnya tidak ada bintang dan bulan. Seperti yang sudah dijadwalkan malam ini mereka akan berburu genggong alia jangkrik dengan senter. Mereka tiba di kebun yang banyak genggongnya. Setibanya disana semua berpencar untuk mencari genggong. Semua sibuk mendengarkan suara genggong yang akan mereka tangkap. Setelah hampir dua jam mereka berhasil mengumpulkan beberapa genggong. Langit sepertinya mulai menurunkan titik air pertanda mau hujan. Tapi keadaan ini justru membuat genggong-genggong pada keluar sarang, sehingga mereka semakin banyak mengumpulkan genggong itu.
Saat mereka sedang asik menangkap genggong, dari kejauhan terlihat cahaya. Awalnya mereka mengacuhkannya. Soalnya mereka mengira itu orang lewat saja. Mereka berkumpul.
“Itu apaan yah?” ucap indun membuka pembicaraan.
Semua hanya terdiam. Sambil teringat dengan omongan rono sebelum berangkat berburu. Cahaya itu semakin lama semakin mendekat. Semakin membesar dan membesar… Dan seperti dikasih aba-aba semua berteriak: “ada kemamanggg…”.
Semua lari kalang kabut mencari lumpur. Dan blurrrrr semuanya nyemplung ke lubang lumpur tanpa pikir panjang. Semua bersembunyi disana dengan takut yang merayap di dadanya tanoa memedulikan lintah yang menempel di tubuhnya. Cahaya merah itu semakin mendekat dan mendekat dengan diiring suara aneh. “Tok kotok kotok kotok kotok” dan berhenti di dekat mereka. Cahaya itu langsung meredup dengan menghilangnya suara aneh itu.
Di antara Rono, caul, moso, indun dan dedy. Moso adalah yang paling pemberani. Dia mencoba berdiri dan keluar dari lumpur untuk melihat keluar diikuti sama teman-temannya. Yang jelas pasti rono yang terakhir keluar dari kubangan lumpur.
“Kalian lagi pada ngapain?” tanya mang Dali yang sukses mengejutkan mereka.
“Huaaaa…” teriak mereka bersamaan. Moso menyenter muka mang Dali. “Mang dali ngagetin ajah” ucap moso. “Tadi ada cahaya dari sana. Kami yakin itu hantu kemamang mang, jadi kami masuk ke lumpur itu” lanjutnya.
“Tadi mamang dari sana dan gak ada apa-apa” ucap mang dali heran. “atau lampu motor mamang yang kalian anggap hantu kemamang itu”. Ucap mang dali diakhiri ketawa ngikik.
“Ronooo…” teriak caul, moso, indun dan dedy bersamaan, kor. Tapi yang punya lakon sudah kabur dan ngacir duluan.
END
Cerpen Karangan: Adit Aja
Facebook: Adit Aja

Karena Sering Begadang

Itulah sebabnya kenapa Tyo banyak dikenal oleh guru guru di sekolahnya, bukan karena prestasinya melainkan karena keburukan sifat Tyo yang selalu datang terlambat pergi ke sekolah, karena sering begadang nonton acara Televisi sampai pagi hari.
Jarum jam menunjukan pukul 07.00…
Tyo baru saja selesai mandi, dengan tergesa gesa Tyo menuju kamar untuk segera memakai seragam sekolah.
Otak Tyo mulai mengeras karena jarum jam yang terus berjalan. Padahal jam 07.20 harus sudah ada di sekolah, kalau telat bakalan ditutup gerbang sekolahnya, Artinya 20 menit lagi bel masuk sekolah dibunyikan. Padahal jarak rumah Tyo sampai ke sekolah 4 km dan butuh 15 menit untuk sampai ke sekolah.
Pukul 07.05 Tyo sudah siap untuk berangkat. Tanpa pikir panjang Tyo langsung mengambil sepeda kesayangannya sampai sampai Tyo lupa berpamitan dengan Emaknya.
“Tyo… tunggu dulu! ngapain kamu pakai seragam ini kan tanggal merah?!” Suara Emak menghentikan langkah Tyo
Tyo langsung berlari ke dalam rumah dan melihat kalender, “ooh.. Ternyata benar emang tanggal merah”
Tyo pun ngomong sama Emaknya dengan sedikit rasa malu “Iya Mak, sekarang tanggal merah”
“Mankannya jangan begadang aja! sampai-sampai sekarang gak tau kalau tanggal merah”
“Ah.. gak pa pa Mak, yang penting gak terlambat sekolah lagi dan gak kena hukuman” Bantah Tyo
“Tunjukan prestasimu jangan tunjukan mata lebammu itu, kapan kamu bisa mandiri?”
“Iya Mak Tyo ngerti”
Dan keesokan harinya, entah apa yang dipikirkan Tyo. Tyo lagi lagi bangun kesiangan.
“Aduuuh, Gaswat telat bangun lagi, Gara gara semalem nonton bola” sambil melihat ke arah jarum jam yang menunjukan pukul 06.50 itu. Tentu saja Tyo tergesa gesa lagi dan lansung ke kamar mandi. setelah selesai mandi Tyo memakai seragamnya dan tanpa sarapan, beranjak ke luar dari rumah untuk berangkat ke sekolahdan berpamitan pasa Emaknya yang sedang duduk di depan rumah.
“Mak… Tyo berangkat sekolah dulu”
“Jam berapa ini kok baru bangun?”
“Maaf Mak, Tyo telat bangun”
Ya, Ampyuuun Tyo kamu telat bangun lagi? mulai besok gak ada Tv Tvan, Tvnya Mau emak jual!”
“Lho tapi Mak?”
“Gak usah tapi tapian, cepet berangkat nanti kamu tambah telat, ini uang jajan buat kamu”
“Iya deh, makasih Mak! Tyo berangkat dulu” Jawab Tyo
“Ya sudah, Hati hati di jalan! jangan ngebut”
“Iya” Ucap Tyo sambil mencium tangan Emaknya
Tyo segera mengayuh sepedanya dengan lincah, 1 menit, 3 menit, 7 menit telah dilaluinya. Di tengah perjalanan Tyo bingung kenapa Dia dilihat banyak orang dengan tertawaan kecil
“Ahh Biarin aja, mungkin karena kegantengan ini yang membuat mereka semua melihat Tyo” Keluh Tyo dalam hati.
Entah kenapa, sepeda Tyo rasanya berat sekali semakin Tyo kayuh semakin malah semakin berat saja. Dan Tyo terkejut karena tiba tiba ban sepedanya bocor. Tyo bingung bukan main keringat dingin mulai bercucuran. Tidak biasanya sepeda tyo seperti ini. Kali ini benar benar tidak bisa diajak kompromi. Sementara Tyo menuntun sepedanya jarum jam terus menunjukan pukul 07.15…
Jantung Tyo berdebar lebih cepat. Tyo mulai lemas karena usahanya berangkat ke sekolah akan telat lagi.
Tyo menengok ke kanan dan ke kiri berharap ada bengkel sepeda. pucuk dicinta ulam pun tak tiba, sepertinya hari ini Tyo akan terlambat sekolah lagi dan bakalan dihukum nyapu halaman sekolah. sama sekali gak ada bengkel.
Akhirnya, Tyo menitipkan sepedanya di warung pecel yang tidak jauh dari rumahnya.
Tyo mulai berjalan menuju sekolah. Tyo hanya bisa pasrah jika nanti harus dihukum dan ditegur oleh banyak guru.
oh. Tidak bisa!! Tyo benar benar tidak bisa membayangkannya
No.. No.. No
Pikiran Tyo mulai kacau tak karuan
“Aduuh, kenapa tidak ada satu pun teman yang lewat ya? kalu ada kan Tyo bakalan nebeng” Desah Tyo yang masih melangkahkan kakinya
Kali ini Tyo lebih memperceoat langkahnya. Setidaknya, Tyo tidak boleh telat lama lama. Semakin cepat, cepat, dan bertambah cepat. kira kira sudah 10 menit lamanya Tyo berjalan
Akhirnya Tyo sampai di gerbang sekolah, dihentikannya langkah Tyo dan sekolah itu dilihatnya. Ia sedikit heran, kenapa tidak ada satu pun orang yang lalu lalang di dalam sekolah nya
“Apa Tyo sedang berhalusinasi?! kenapa sekolah itu begitu sepi?” pikir Tyo dengan masih berdiri di depan gerbang, Tiba tiba Tyo dikejutkan oleh suara yang tidak asing lagi baginya, ternyata itu suara Pak Man si penjaga toko yang agak judes itu. “ada apa lihat lihat?” tanya si penjaga sekolah
“Pak, tolong bukain gerbangnya, Tyo telat lagi”
“Telat apanya?! ini kan hari minggu?!”
“Haa, Tyo kaget dan langsung melihat kalender yang ada di HandPhonenya, ternyata memang benar ini hari minggu” Keluh Tyo dalam hati
“Ooh… iya Pak ini hari minggu, maaf Tyo lupa, Permisi”
“iya,” jawab penjaga sekolah yang sedikit kesal itu
Huuh, Tyo bisa bernafas lega karena tidak jadi dihukum oleh guru guru tapi Tyo tetap merasa malu itu karena memang kesalahannya sendiri. lalu Tyo mengambil lagi sepeda yang dia titipkan di warung pecel dan dituntunnya karena masih bocor. Di dalam perjalanan Tyo pun sadar mungkin orang orang yang menertawakannya itu itu karena sekarang hari minggu kok pakai seragam sekolah bukan karena kegantengannya. “Tapi kenapa Emak tidak ngasih tau ya kalau ini hari minggu?” Gumam Tyo dalam hati
Sesampainya di rumah dengan sedikit kesal Tyo berbincang dengan emaknya
“Mak… kenapa gak bilang kalau ini hari minggu?”
“Emak emang sengaja Tyo, itulah sebabnya kenapa emak gak bolehin kamu sering begadang, kasihan kan otak kamu dia juga perlu istirahat, dan efeknya kamu sering lupa” Jawab Emak
“iya Mak, Tyo ngerti memang benar lagunya bang haji RHOMA IMARA, begadang jangan begadang kalau tiada artinya”
“RHOMA IRAMA! RHOMA IRAMA! tuh kan kamu lupa lagi?!”
“Enggak kok Mak, Tyo cuma bercanda hehehe ”
“oh, ya udah kan tadi pagi kamu belum sarapan, MAKAN DULU SANAH!”
“Ahh, si Emak juga korban Tv yaa!!”
“Sedikit, hahaha” Tyo dan emak tertawa bersama
Dan sejak saat itu Tyo tidak lagi begadang nonton Tv, karena Tvnya dijual sama Emaknya. Tyo nurut aja, mungkin itu memang jalan terbaik untuknya.
Keesokan harinya Tyo tidak lagi bangu kesiangan, tyo sekarang menjadi anak yang rajin meskipun kadang kadang nyuri waktu buat maen Layangan.
KETIKA TUHAN MEMBERIKAN SEBUAH KEBERUNTUNGAN, DISAAT ITULAH KITA DIHARUSKAN UNTUK MEMPERBAIKI DIRI!!
TAMAT
Cerpen Karangan: Septian Joko Sulistyo
Twitter: @septianjoko
suka sendiri tapi tidak suka berjalan sendiri
Cinta musik sayang gitar

Cerpen : "Senyum Dari Mantan"

Aku melangkah melewati koridor sekolah. Sungguh sangat malas rasanya. Nah loe tau gue dari mana? Gue dari jogja pagi-pagi banget. Gila dinginnya minta ampun, untung aja gak minta duit gue jadi gue aman sampai sekolah. Maaf, maaf ini kok malah jadi ngelantur gini ya? Rumah gue di daerah Gunungkidul, saptosari lebih detailnya. Daerah gue ini ada sinyal lhoo… Beneran ada sinyal! Kagak plosok-plosok amat kali.
“Brukkk!” aku tersungkur jatuh ke lantai akibat cowok yang menabrakku barusan. Dasar nyebelin banget sih, kagak punya mata apa? “Maaf!” Ucap cowok itu sok berlagak gak berdosa. Kenapa gak berdosa? Habis dia malah senyum-senyum sendiri. Pengen gue bawain golok, terus gue potong deh kaki gue. Ehh. Kok malah jadi kriminal gini? Terus kenapa kaki gue jugaaa? Aku bangkit dengan dibantu cowok itu. Jujur gue pengen bangun sendiri. Beneran! Tapi kok gak enak banget mau nolak bantuan cowok itu terlebih dia udah minta maaf juga. “Maaf ya!” sekali lagi dia meminta maaf sedangkan aku malah merintih kesakitan. Karena malas berantem aku langsung aja ngeloyor pergi tanpa menjawab permintaan maafnya tadi. So, kagak penting juga kan? Tapi jujur cowok itu ganteng. Beneran ganteng. Isss.. Kenapa jadi ngomongin tu cowok sih? Gue gak suka sama dia. Beneran gue gak love at first sight (sok gaul banget pake ngomong bahasa inggris segala). Gue pengen nengok terus ngelihat tu cowok lagi, tapi kok rasanya malu jadi gue langsung aja menuju kelas. Gue gak tau apa yang tu cowok katakan dan pikirkan setelah gue ninggalin dia pergi.
Di dalam kelas gue jadi gak konsen, kenapa tu cowok menari-nari di otak gue? Gak enak banget rasanya. Pengen gue tarik turun dari panggung, terus gue marahi karena udah make panggung otak gue suka suka dia.
Setelah kejadian itu gue sebel banget karena harus ngelihat tu cowok lagi di kantin sekolah. Oke, gue ngaku! Gue seneng tapi plis jangan timbukin gue lagi. Dia natap gue seolah itu tatapan terakhir dia. Sumpah bener-bener lama. Gue jadi ngerasa berdosa udah ninggalin dia tanpa maaf gue tadi. Gue kasian sama diri gue, apa jangan-jangan dia masih dendam sama gue. Gue jadi parno, gue takut! Ahaha kenapa gue jadi lebeh gini sih?
Gue seneng karena gue harus balik ke Jogja lagi ngelanjutin PKLan gue. Dan yang pasti gue ngerasa rindu banget sama tu cowok. Salah salah! Maksud gue, gue ngerasa bebas dari beban yang gue pikul ini. Kalian jangan terharu gitu! Udah udah jangan nangis, beneran jangan nangis dan terharu gitu. #Dibawaingolok.
Setiap balik ke sekolah gue selalu ketemu itu cowok, dan gue sadar dia emang ganteng. Yah, sedikitlah. Mantan-mantan gue gak kalah gantengnya lho. Kalian pikir gue gak laku gitu? Gue laku, bahkan banyak cowok-cowok yang ngedeketin gue sampai ngemis-ngemis cinta gue tapi sayang gue bukan dermawan cinta. Gue buka akun facebook gue, “Ferbita Keylla” ya itu nama gue. Terpajang foto imut gue disana. Banyak inbox-inbox yang gak gue tanggepin. Gue bener-bener sok acuh, sok cuek, sok sombong dan sok sok lainnya. Ya itulah gue. Kerjaan sampingan gue kalau lagi BT di PKLan ya Cuma facebookan, mau ngapain orang gak ada kerjaan juga. Jadi ngerasa gak jelas, update-update status gak jelas. Upload foto gak jelas. Entahlah akhir-akhir ini gue jadi ngerasa kesepian tanpa pacar. Apa hubungannya BT sama pacar? Gue juga gak tau sih tapi entahlah gue KESEPIAAAN. Gue butuh elo car… pacar. Elo kemana aja sih?
Akhirnya tiga bulan terlewati begitu saja. PKLan udah selesai dan gue harus menjalani rutinitas gue sebagai anak sekolah lagi. Jangan-jangan gue ngomong PKL dari tadi kalian gak tau itu apa namanya? Oke, gue jelasin. PKL itu dimana kita dilatih bekerja. Namanya juga Praktik Kerja Industri. Praktik Kerja selama gue sekolah, tanpa ada tugas. Isss… Siapa bilang gak ada tugas, justru banyak tugas-tugas dari Pak Guru dan Bu Guru yang harus gue selesaiin selama PKL. Maless gila kan?
Rasanya udah beda banget, enakan di PKLan. Beneran. Gue kangen sama temen-temen PKL gue. Jujur gue kangen ditraktir mereka. Karena merasa males akhirnya gue putusin ke toilet sebentar. Otak gue juga belum mau dipaksa belajar lagi. Gue galau, gue gelisah, gue risau dan hal-hal yang gak enak lainnya. Dengan langkah kaki gontai gue balik ke kelas. Gak sengaja gue berpapasan sama tu cowok yang pernah nabrak gue. Gue ngerasa bersalah dan dengan tidak ikhlas gue tersenyum. Bener-bener senyum yang tidak ikhlas. Gue bingung dia malah diem aja gak balas senyum gue. Gue nyesel kenapa gue pake senyum segala. Bego banget sih gue. Pengen tarik senyum palsu gue tadi.
Satu minggu kemudian gue jadi sering ketemu tu cowok. Gue jadi jijik, habis dia senyum-senyum terus. Iya, oke gue gak jijik! Bahkan gue seneng. Iya gue JUJUR gue SENENG. Puasss? Sepulang sekolah gue buka akun facebook, ada empat inbox. Kenapa gue jadi kepo gini? Gue ngebukain itu akun satu-satu. Mataku membelalak kaget, hampir aja keluar. Fotonya mirip banget sama itu cowok yang udah nabrak gue. Lalu gue ngechat balik, gue bales itu inbox masih dengan gaya sok-sokan gue.
Ferdinand Rama
Hay!
Febrita Keylla
Siapa?
Ferdinand Rama
Ferdinand.
Febrita Keylla
Jangan bilang kamu yang nabrak aku dulu itu.
Ferdinand Rama
Kamu masih inget?
Febrita Keylla
Ya jelas masih lah, itu kejadian tidak bisa gue lupain.
Ferdinand Rama
Gue kan udah minta maaf? maafin ya? :3
Febrita Keylla
Kalau gue kagak mau gimana? Elo kan belom ganti rugi, udah ngejatuhin gue seenak elo.
Ferdinand Rama
Yeilee.. Kan gua gak sengaja, terlebih gue udah minta maaf. Maafin ya? >.<
Febrita Keylla
Oke, tapi ada syaratnya.
Ferdinand Rama
Apa?
Febrita Keylla
Traktiran ya? :3 #moduss :p
Ferdinand Rama
Oke, besok gue tunggu di kantin. Gue yang bayar. Gue tunggu. See you! :*
Entah seneng atau susah, tapi bener gue gak berniat nguras duit ini anak. Gue Cuma bercanda, kenapa dia serius? Gue jadi tambah bersalah. Gue gak tau dia mikir gue matre atau apalah. Yang jelas gue gak mau punya gelar MATRE gue bener-bener gak mau.
Jam istirahat pertama gue jalan ke kantin. Entah gue harus ngomong apa entar. Gue lihat dia senyum sok manis ke gue. Gue jadi illfeel. Ini anak kebanyakan makan gula atau apa ya, kok manis banget? Dia melambai ke arah gue ngebuat gue menengok ke belakang. Otak gue jadi gak bisa berputar. Gue deg-degan, jantung gue serasa digoncang. Kalau boleh gue pengen pingsan sekarang juga. Emang bener-bener gak bisa natap mata dia, jadinya gue ngeloyor melewati dia. Jantung gue malah berdetak gak karuan lagi setelah dia pegang tangan gue. Nahan gue supaya balik ke kantin. Gue luluh, gue hanya nurut, gue gak bisa melakukan apa-apa. Dia senyum-senyum terus, gue takut jadi diabetes gara-gara ini anak.
“Oke mau makan apa?” tanyanya setelah berhasil ngebawa gue balik dan duduk di meja. Ehh, maksud gue di kursi. Begonya gue malah nyengir, gak tau mau ngomong apa.
“Gue kayaknya udah gak laper deh, jadi gue minta duit lo aja” ia terbengong sambil mencerna kata-kata gue “Ahahaha, bercanda. Biar gue aja yang traktir loe” sahutku lalu beranjak memesan makanan. Gue keringat dingin setelah dia pegang tangan gue lagi.
“Udah biar gue aja yang traktir!” bantahnya dengan senyum manis. Sumpah, senyumnya itu loh manis banget. Gue pasrah aja, toh ini kan emang harusnya dia yang nraktir. Gue gak MATRE ya? Gue tegasin gue gak MATRE. Gue makan dengan lahap, yah namanya juga gratis jadi rasanya lebih enak. *gue gak MATRE*
“Elo masuk jurusan apa sih?” tanyanya sembari melahap makanan yang ada di hadapannya. Gak bisa ngebayagin kalau itu makanan muncrat di muka gue. Isss… Jadi ngeri gue.
“Emm… Gue ambil jurusan Audio Video, gak bisa lihat seragam gue? Ini seragam kan belom kusut-kusut amat” ini anak bego apa gak pinter sih? Nanyanya asal-asalan.
“Ehh, Iya deh. Ahaha gue boleh minta nomor telfon kamu? Gue bingung mau panggil elo apa? Kamu, elo atau Feb aja? Kayaknya bagusan Feb aja deh” dia nanya, minta pendapat gue atau ngomong sendiri sih? Gue sebenernya mau nolak dia jadi temen gue. Tapi kok sayang banget kalau gak gue kasih. Gue kasih aja nomor telfon gue.
Gue jadi deket sama dia, gue juga jadi sering main bareng sama dia. Dia anaknya asik, kita deketan terus tiap hari. Dan yang gak gue sadar ternyata dia kakak kelas gue. Dia pinter, bener-bener pinter. Ketua tim basket, dan juga anaknya orang kaya *gue gak MATRE* gue tegasin sekali lagi.
Kemarin dia mohon-mohon sama gue biar gue dateng dan ngasih supprot ke dia pas dia tanding basket. Gue sih gak bisa nolak, apalagi udah dijanjiin bakalan ditraktir kalau dia menang. Kenapa ini ujung-ujungnya duit sih? Gak enak banget *gue gak MATRE*. Dia memang pantas menjadi ketua tim basket. Dia sangat lincah bener-bener licah. Berkali-kali dia masukin bola ke ring. Akhirnya score mutlak dimenangkan oleh timnya. Gue ikut seneng karena sebentar lagi bakalan makan-makan *Kenapa jadi ngomongin ini lagi sih?*
“Itu tadi buat kamu Feb” aku melongo, apaan? Orang dia gak bawa apa-apa “Gue menang buat kamu” Ohh.. Jadi itu toh.
“Oke, Oke makasih” kataku sok cuek.
“Feb, kamu nyadar gak sih kalau gue suka sama elo? Dari dulu sebelum kita kenal, dari dulu sebelum gue nabrak elo. Dari waktu elo masih kelas satu dulu? Gue pengen elo jadi pacar gue Feb” O.o aku melongo, gak sadar dengan apa yang dia katakan barusan. Jujur gue juga suka sama dia. Gue mikir-mikir ini mau gimana? Gue jadi bingung. “Gue yakin elo pasti nerima gue Feb, Iya kita jadian ya?”
“Hah? Gimana ya?” Aku jadi tambah bingung. Degup jantungku memacu tak beraturan. Aku sedikit shock (kenapa jadi aku kamu? Kan harusnya ngomong pake gue elo). Gue, iya maksud gue, gue jadi gak bisa mikir.
“Pokoknya kita jadian, loe harus mau! Iya kita jadian. Deal!” Ia memaksa dan gue masih melongo ngeliat dia megangin tangan gue.
“Loh kan gue belom jawab!” Gue sedikit ngebantah tapi dia langsung aja meluk gue. Gue jadi bingung. Pengen gue dorong tapi kok sayang plus kasian juga akhirnya gue Cuma diem dan nerima kenyataan pahit kalau akhirnya kita emang jadian. Iya, bukan kenyataan pahit. Oke gue ngaku gue beruntung bisa dapet cowok sekeren dan secakep dia. Gue ngaku, ntar gue dosa kalau gue bohong.
Entah perasaan apa yang ada dalam tubuh gue yang mungil ini. Gue gak tau sepertinya gue mulai sayang sama dia. Dia memang baik dan perhatian. Dia selalu smsin gue, ngajak gue chatting, telfonan dan hal-hal gak jelas lainnya yang nyita waktu gue. Dan ini ngebuat gue sedikit gak ngerasa KESEPIAN lagi.
Suatu hari gue buka akun facebooknya dia, tentu aja setelah gue memeras paksa email dan kata sandinya. Gue buka pemberitahuannya, gue kaget dia dicolekin cewek-cewek. Mana ceweknya lebih cantik dari gue. Gak! Maksud gue, gue emang gak cantik. Gue cantik ding, masak gak cantik! Gue kan bukan semacam bencong gitu! *gue tegasin gue bukan bencong*.
Gue parno cowok gue digodain cewek-cewek centil. Gue bener-bener parno, gue takut dia berpindah ke lain hati. Sejak itu gue jadi sering marah-marah gak jelas. Dia mungkin juga udah bosen gue marahin terus. Sampai suatu hari hanya karena hal yang sepele ngebuat kita berantem. KITA? Gue aja kali kalian enggak.
“Kenapa kamu gak putusin aku aja yang? Aku kan nyebelin, aku Cuma bikin kamu marah terus” ucap Ferdinand.
“Ohh, jadi kamu minta diputus?” tanyaku sedikit marah.
“Gak kok yang. Aku gak mau kita putus!” dia sedikit lembut. Sedangkan aku dihantui oleh keparnoan gue tentang cewek-cewek ganjen itu.
“Aku mau kita putus” entahlah, gue emang parno dan gue begitu takut ngelihat dia sama cewek lain, tapi gak tau kenapa gue malah minta putus. Apa? Gue bego? Iya bego. Selain matre gue juga bego. Isss… Ini kenapa malah bahas matre lagi sih?
“Yaudahlah kita putus aja..” dia pasrah dan ini bukan jawaban yang gue minta. Oke, gue sadar akhir-akhir ini gue kebawa emosi. Pengen narik omongan gue tapi gak mungkin kan? Sesayang-sayangnya gue gak mungkin gue nglakuin itu.
Deal. Kita putus tepat tiga bulan kita jadian. Maksud gue bukan kita (aku dan kamu) tapi gue sama Ferdinand Rama. Jangan GR ya? Gue gak mungkin mau sama elo.
Sekarang gue jadi dilanda galau. Gue gak tau kaya ada yang sakit tapi entah dimana. Gue ngerasa kesepian lagi. Gue bener-bener ngerasa jadi anak yang labil. Gue juga ngerasa gak tau ngomong apa dari tadi? Bener-benar gak tau. Galau, ya? Gue lagi galau kalau bahasa anak gaul zaman sekarang dan gue risau kalau bahasa zaman anak purba dahulu. Gue jadi mikir-mikir zaman dahulu ada galau gak sih? KENAPA GUE JADI NGEBAHAS YANG ENGGAK-ENGGAK GINI? KENAPA? Tapi gue ikhlas, biar aja dia jadi kenangan dalam hidup gue, sama kayak mantan-manta gue lainnya.
“Brukkk!” kembali terulang masa-masa itu. Gue ngelihat cowok yang nabrak gue lalu gue sadar kalau itu bukan Ferdinand Rama. Bahkan gue jadi males ngelihat cowok ini. Gue beranjak tanpa bantuannya. Ketika dia menulurkan tangannya, gue lebih memilih berdiri sendiri. Dengan langkah kaki gontai gue jalan melewati koridor sekolah. Pandangan gue tertuju pada cowok yang sedang main basket di lapangan. Ngenes, gue hampir aja nangis. Dia natap gue dan gue natap dia. Lengkuan manis muncul dari bibirnya. Bener-bener ngebuat gue pengen nangis jungkir balik, tapi gak lucu kan kalau gue kaya gitu? Jadi gue hanya bisa bales senyumannya lalu masuk ke kelas gue dan ngejalanin kehidupan gue seperti dulu, sebelum gue kenal sama Ferdinand Rama.
Gue cantik, dan gue sadar gue bisa ngedapetin hati cowok semudah gue ngedapetin Ferdinand Rama. Tapi gue juga sadar senyumnya dia ngebekas di hati gue. Senyum mantan gue. Gue gak bakalan lupain elo Fer. Terlebih kita satu sekolah, tentu gak semudah gue suka sama elo. Dan asal elo tau Fer sampai detik ini gue masih mencintai elo. Cuman gue pengen nyimpen perasaan ini di hati gue yang paling dalam. Satu yang selalu gue inget yaitu senyum manis loe, yang sampai saat ini masih bisa gue nikmatin. Makasih Fer, buat tiga bulan yang elo ukir di kehidupan gue.
THE END
Cerpen Karangan: Meviani Murtiningsih
Blog: Meviany.blogspot.com
Facebook: Meviani Qurotulaini
Cerpen ini lolos moderasi pada: 31 May, 2014 Masuk ke dalam kategori , , r)

Payphone



Payphone

(by : Maroon 5 feat. Wiz Khalifa)
I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone? Baby, it's all wrong
Where are the plans we made for two?

Yeah, I, I know it's hard to remember
The people we used to be...
It's even harder to picture,
That you're not here next to me.

You say it's too late to make it,
But is it too late to try?
And in our time that you wasted
All of our bridges burned down

I've wasted my nights,
You turned out the lights
Now I'm paralyzed.
Still stuck in that time
When we called it love
But even the sun sets in paradise

I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone? Baby, it's all wrong
Where are the plans we made for two?

If "Happy Ever After" did exist,
I would still be holding you like this
[Explicit:] All those fairy tales are full of shit
[Clean:] All those fairy tales are full of it.
[Explicit:] One more fucking love song, I'll be sick.
[Clean:] One more stupid love song, I'll be sick

Oh, you turned your back on tomorrow
'Cause you forgot yesterday.
I gave you my love to borrow,
But you just gave it away.

You can't expect me to be fine,
I don't expect you to care
I know I've said it before
But all of our bridges burned down.

I've wasted my nights,
You turned out the lights
Now I'm paralyzed.
Still stuck in that time
When we called it love
But even the sun sets in paradise.

I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone? Baby, it's all wrong
Where are the plans we made for two?

If "Happy Ever After" did exist,
I would still be holding you like this
[Explicit:] All those fairy tales are full of shit
[Clean:] All those fairy tales are full of it.
[Explicit:] One more fucking love song, I'll be sick.
[Clean:] One more stupid love song, I'll be sick
Now I'm at a payphone

[Clean radio version verse:]
Yeah, yeah, now baby don't hang up,
So I can tell you what you need to know,
Baby I'm begging you just please don't go,
So I can tell you what you need to know

[Explicit version verse (Wiz Khalifa):]
Man, fuck that shit
I'll be out spending all this money
While you're sitting round wondering
Why it wasn't you who came up from nothing,
Made it from the bottom
Now when you see me I'm stunning,
And all of my cars start with a push of a button
Telling me the chances I blew up
Or whatever you call it,
Switch the number to my phone
So you never could call it,
Don't need my name on my shirt,
You can tell it I'm ballin.
Swish, what a shame could have got picked
Had a really good game but you missed your last shot
So you talk about who you see at the top
Or what you could have saw but sad to say it's over for.
Phantom pulled up valet open doors
Wiz like go away, got what you was looking for
Now it's me who they want, so you can go and take
That little piece of shit with you.

I'm at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone? Baby, it's all wrong
Where are the plans we made for two?

If "Happy Ever After" did exist,
I would still be holding you like this
[Explicit:] All those fairy tales are full of shit
[Clean:] All those fairy tales are full of it.
[Explicit:] One more fucking love song, I'll be sick.
[Clean:] One more stupid love song, I'll be sick
Now I'm at a payphone...